Usai Diguyur Hujan, Kualitas Udara Jakarta Pagi Ini Masuk Kategori Baik

Indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-47 dengan angka 43 atau masuk dalam kategori baik dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 7,8 mikrogram per meter kubik.

oleh Muhammad Ali diperbarui 07 Jul 2024, 09:13 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2024, 09:13 WIB
Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kawasan Kemayoran
Langit biru menghiasi kawasan Monumen Nasional, Jakarta, Kamis (18/2/2021). Jika cuaca cerah, kawasan Monumen Nasional, Jakarta seringkali dihiasi langit yang membiru. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Hujan yang melanda wilayah DKI dan sekitarnya pada Sabtu 6 Juli 2024 memberikan efek positif bagi kualitas udara Jakarta. Berdasarkan data IQAir, kualitas udara di Jakarta pada Minggu pagi masuk kategori baik dan berada di posisi ke-47 dalam peringkat kota dengan kualitas udara dan polusi kota terburuk di dunia.

Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.25 WIB, yang dilansir dari Antara, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di urutan ke-47 dengan angka 43 atau masuk dalam kategori baik dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 7,8 mikrogram per meter kubik.

Angka itu memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.

Sedangkan kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif yakni dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika. Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.

Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.

Adapun kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa di angka 175, urutan kedua Lahore, Pakistan di angka 163, urutan ketiga Kuwait City, Kuwait di angka 158, urutan keempat Manama, Bahrain di angka 156, urutan kelima Kampala, Uganda di angka 141.

Lalu urutan keenam Dubai, Uni Emirat Arab di angka 139, urutan ketujuh Santiago, Cile di angka 109, urutan ke delapan Karachi, Pakistan di angka 93, urutan ke semmbilan Cairo City, Mesir di angka 84, dan urutan ke sepuluh Roma, Itali di angka 84.

 

Pemprov Jakarta Luncurkan Platform Pemantau Kualitas Udara

Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi hasil pantauan di 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di kota metropolitan tersebut.

Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.

Baca juga: DKI kini miliki 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategis.

Infografis Journal Langkah Pemerintah Atasi Polusi Udara di DKI Jakarta dan sekitarnya
Langkah Pemerintah Atasi Polusi Udara di DKI Jakarta dan sekitarnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya