Kemenangan Indonesia di Sengketa WTO, Pakar: Buka Keran Ekspor Kelapa Sawit Jadi Lebih Besar

Selama ini adanya diskriminasi terhadap kelapa sawit yang dianggap sebagai tanaman beresiko tinggi telah menghambat kegiatan pengeksporan ke pasar Eropa, padahal pasar Eropa cukup tinggi.

oleh Tim News diperbarui 21 Jan 2025, 21:10 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2025, 16:21 WIB
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja. (Istimewa)
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja. (Istimewa)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan Indonesia dalam gugatan sengketa dagang terkait diskriminasi Uni Europa terhadap kelapa sawit diapresiasi pakar ekonomi.

Hal ini sekaligus membuka keran ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia dalam mengekspor kelapa sawit dan biodiesel berbasis minyak kelapa sawit (CPO).

Pakar Ekonomi dari Universitas Airlangga Surabaya, Gigih Prihantono mengatakan kemenangan ini menjadi momentum penting bagi Indonesia yang sejak lama berjuang melawan berbagai kebijakan yang tidak adil dari Uni Europa, apalagi menyangkut kelapa sawit yang notabene merupakan salah satu komoditas unggulan RI.

"Saya pikir itu sebuah kemenangan yang luar biasa apalagi ini di bawah Menko Airlangga yang memang sudah memperjuangkannya sejak lama terkait dengan pertarungan kelapa sawit di World Trade Organization (WTO). Dan Indonesia kembali menunjukkan pengaruhnya di dunia internasional melalui kemenangan dalam sengketa kelapa sawit ini," kata Gigih Prihantono saat diwawancara, Sabtu, 18 Januari 2025.

Gigih menjelaskan, selama ini adanya diskriminasi terhadap kelapa sawit yang dianggap sebagai tanaman beresiko tinggi telah menghambat kegiatan pengeksporan ke pasar Eropa, padahal pasar Eropa cukup tinggi peminatnya karena mereka sudah beralih ke Renewable Energy Directive.

"Saya justru melihat sengketa ini bukan hanya persoalan lingkungan, melainkan medan pertempuran dagang yang sengit negara-negara berkembang dengan Uni Eropa. Termasuk kita juga harus lebih tegas untuk masalah isu deforestasi yang juga masih disengketakan di WTO," ujar dia.

Menurutnya, kemenangan Indonesia di WTO menjadi simbol penting bahwa negara berkembang bisa melawan diskriminasi dagang, namun ini baru langkah awal. 

Pemerintah dinilai perlu terus memperkuat diplomasi, hilirisasi industri, dan dukungan kepada petani, hingga bisa mengubah narasi global tentang minyak sawit.

"Termasuk mempercepat sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) dan Indonesian Suistanble Palm Oil (ISPO), meningkatkan konsumsi domestik, serta memastikan dukungan penuh kepada petani kecil agar bisa menjaga daya saing minyak sawit Indonesia di pasar global," ujar Gigih.

 

Lawan Diskriminasi

Sementara itu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perjuangan panjang Indonesia melawan diskriminasi Uni Eropa terhadap komoditas kelapa sawit Indonesia menyebabkan kerugian pada rakyat, terlebih faktanya lebih dari 41% penggarap kebun kelapa sawit di Indonesia merupakan pekebun rakyat.

"Puji syukur Alhamdulillah, perjuangan panjang melawan diskriminasi Uni Eropa terhadap komoditas kelapa sawit Indonesia, kini telah menemui titik terang. Indonesia menang dalam proses gugatan di WTO," ungkap Airlangga Hartarto dikutip dari laman Instagram @airlanggahartarto_official, Senin, 20 Januari 2025.

Airlangga menjelaskan bahwa Uni Eropa juga terbukti membedakan perlakuan dan memberikan keuntungan lebih kepada produk sejenis yang diimpor dari negara lain seperti kedelai dan gagal membuktikan data yang digunakan untuk menentukan biofuel dengan kategori alih fungsi lahan kelapa sawit berisiko tinggi (high ILUC-risk).

"Tentunya putusan WTO terhadap sengketa sawit ini juga membawa titik terang terhadap penyelesaian perjanjian dagang IEU CEPA atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa," tukas Airlangga.

infografis journal
infografis 10 Daerah Penghasil Kelapa Sawit Terbesar di Indonesia pada 2021. (Liputan6.com/Tri Yasni).... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya