Menjelang ibadah puasa Ramadhan, sejumlah organisasi kemasyarakatan (Ormas) kerap melakukan sweeping ke berbagai tempat pusat hiburan yang sering diwarnai aksi kekerasan. Menanggapi hal itu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan tegas menolak adanya tindak kekerasan.
"Namun yang dianjurkan adalah menghilangkan kemungkaran, jangan sampai menimbulkan kemungkaran baru," kata Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa dalam Islam mewajibkan seorang muslim melakukan izalatul mungkar atau menghilangkan kemungkaran. Terutama bagi mereka yang memiliki kekuatan dan kewenangan.
"Jadi kalau mau mengikuti perintah Nabi menghilangkan kemungkaran, kalau tak punya kekuatan dengan ucapan, kalau tak mampu dengan hati," ujar Ismail.
Menghilangkan kemungkaran, lanjut Ismail, merupakan kewajiban umat muslim setiap saat. Tidak hanya pada saat-saat tertentu atau menjelang Ramadhan. Kemungkaran itu sendiri, sesuai ajaran Nabi Muhammad adalah semua perbuatan yang bertentangan dengan syariah Islam.
"Kemungkaran bisa berupa mabuk-mabukan, pornografi dan sebagainya. Karena itu harus dihilangkan oleh mereka yang memiliki kekuatan dan kewenangan yaitu aparat, pejabat pemerintahan dan lainnya. Di luar itu dengan lisan, atau hati jika tak mampu," paparnya.
"Pertanyaannya, bagaimana yang punya kekuatan dan kewenangan itu? Apakah sudah melakukan? Kalau mereka tidak melakukan, umat Islam punya kewajiban," sambungnya.
Maka itu, kata Ismail, yang harus didorong adalah aparat dan pemerintahan untuk menghilangkan kemungkaran tersebut, jika sampai saat ini belum melakukan dengan baik.
Penjual Makanan
Terkait penjual makanan siang hari pada bulan Ramadan, menurut Ismail, dalam Islam tak ada larangan. Karena itu tidak dapat dikatakan sebagai kemungkaran.
"Tak bisa divonis sebagai kemungkaran. Karena yang beli bisa saja musafir, orang non-muslim, atau beli tapi buat makan pada malam hari. Yang dilarang itu makan saat berpuasa," urainya.
Menjelang bulan Ramadan ini, Ismail juga mengimbau kepada umat muslim untuk menyambut Ramadan dengan sukacita, menyiapkan diri dengan ilmu dan mental dengan baik serta melaksanakan ibadah Ramadan dengan penuh penghayatan. (Tnt/Sss)
"Namun yang dianjurkan adalah menghilangkan kemungkaran, jangan sampai menimbulkan kemungkaran baru," kata Juru Bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (28/6/2013).
Mengutip sabda Nabi Muhammad SAW, mengatakan bahwa dalam Islam mewajibkan seorang muslim melakukan izalatul mungkar atau menghilangkan kemungkaran. Terutama bagi mereka yang memiliki kekuatan dan kewenangan.
"Jadi kalau mau mengikuti perintah Nabi menghilangkan kemungkaran, kalau tak punya kekuatan dengan ucapan, kalau tak mampu dengan hati," ujar Ismail.
Menghilangkan kemungkaran, lanjut Ismail, merupakan kewajiban umat muslim setiap saat. Tidak hanya pada saat-saat tertentu atau menjelang Ramadhan. Kemungkaran itu sendiri, sesuai ajaran Nabi Muhammad adalah semua perbuatan yang bertentangan dengan syariah Islam.
"Kemungkaran bisa berupa mabuk-mabukan, pornografi dan sebagainya. Karena itu harus dihilangkan oleh mereka yang memiliki kekuatan dan kewenangan yaitu aparat, pejabat pemerintahan dan lainnya. Di luar itu dengan lisan, atau hati jika tak mampu," paparnya.
"Pertanyaannya, bagaimana yang punya kekuatan dan kewenangan itu? Apakah sudah melakukan? Kalau mereka tidak melakukan, umat Islam punya kewajiban," sambungnya.
Maka itu, kata Ismail, yang harus didorong adalah aparat dan pemerintahan untuk menghilangkan kemungkaran tersebut, jika sampai saat ini belum melakukan dengan baik.
Penjual Makanan
Terkait penjual makanan siang hari pada bulan Ramadan, menurut Ismail, dalam Islam tak ada larangan. Karena itu tidak dapat dikatakan sebagai kemungkaran.
"Tak bisa divonis sebagai kemungkaran. Karena yang beli bisa saja musafir, orang non-muslim, atau beli tapi buat makan pada malam hari. Yang dilarang itu makan saat berpuasa," urainya.
Menjelang bulan Ramadan ini, Ismail juga mengimbau kepada umat muslim untuk menyambut Ramadan dengan sukacita, menyiapkan diri dengan ilmu dan mental dengan baik serta melaksanakan ibadah Ramadan dengan penuh penghayatan. (Tnt/Sss)