Memasuki era kompetisi global, seluruh negara di dunia terus berpacu mengembangkan ekonomi, bisnis, politik, hingga pendidikan yang semakin kompetitif. Karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni untuk menjawab semua tantangan itu melalui pendidikan generasi muda baik mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan guru dan dosen yang memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bisa menjawab tantangan global itu. Hal itu terungkap dalam workshop sehari bersama guru dan dosen yang digelar British Council bekerjasama dengan perguruan tinggi asal Inggris Universitas Keele yang menghadirkan Dr Stephen Whitehead sebagai pembicara di Hotel Century Park, Jakarta, belum lama ini.
Stephen mencermati banyak perbedaan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di negara-negara Asia. Menurutnya, hanya sedikit lembaga yang berprestasi dan lembaga lainnya masih banyak yang belum mencapai standar minimum pelayanan pendidikan.
"Sebagian besar negara Asia tidak mampu untuk melayani kebutuhan masyarakat kelas menengah yang menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi," kata Stephen dalam workshop bertajuk "Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan di Asia Tenggara".
Ia juga menyayangkan Indonesia yang sudah 50 tahun lebih merdeka dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara, tidak mampu tampil dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dilihat posisi Indonesia dalam ranking lembaga pendidikan dan universitas terbaik di dunia.
"Sayang sekali dari hampir 50 tahun lebih merdeka, Indonesia tidak memiliki banyak lembaga pendidikan atau universitas terbaik di dunia," imbuh Stephen.
Ia menjelaskan hal ini bisa dilihat dari situs internet topuniversities.com yang mencatat universitas terbaik pada tahun 2012 lalu. Dibandingkan Singapura dan Malaysia, Indonesia dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa hanya memiliki 2 universitas yang masuk ranking 500 dunia. Dalam situs itu, Universitas Indonesia (UI) mendapatkan ranking 273, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam ranking 401-450 dunia.
Sedangkan Malaysia yang jumlah penduduknya 30 juta jiwa memiliki 6 universitas terbaik. Sedangkan, Singapura yang berpenduduk 5 juta jiwa punya 3 universitas terbaik, 2 di antaranya bahkan masuk ranking 50 besar.
Ia menambahkan untuk prestasi pendidikan dasar baik dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan membaca di Negara Asia juga masih diraih Singapura, Taiwan dan di Hongkong, China. Menurutnya, negara itu mampu berprestasi karena terus memperbaharui dan mengadopsi standar pendidikan dunia.
"Internasionalisasi (standar) pendidikan tak bisa dibendung karena dunia terus bergerak sebagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi," jelas Stephen.
Perlunya Pengembangan Sumber Daya Guru dan Dosen
Dalam kesempatan itu, Stephen juga mengajak para guru, manajer dan dosen untuk menimba ilmu lagi di luar negeri guna memenuhi standar pendidikan berkualitas internasional. Program yang ditawarkan sejumlah universitas juga sudah berargam.
Seperti halnya Universitas Keele yang menawarkan program belajar paruh waktu (part time), semi jarak jauh dimana 3-5 kelas akhir pekan berlangsung di sekolah internasional Harrow, Bangkok. terlebih, Keele adalah univeritas Inggris yang masuk dalam jajaran 100 unversitas terkemuka dunia versi Times Higher Education System (THES).
"Program ini dirancang bagi para pengajar profesional yang bekerja di sekolah internasional, sekolah bilingual, dan semua program ini diajarkan dan divalidasi oleh Universitas Keele," kata Stephen.
Bahkan, pihaknya juga bisa membantu para siswa untuk bisa mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) bila memang memenuhi qualifikasi yang disyaratkan. Seperti, mencapai nilai tes IELTS minimum 6.0-6.5. (Adi)
Tentu saja dalam hal ini dibutuhkan guru dan dosen yang memiliki kemampuan yang mumpuni untuk bisa menjawab tantangan global itu. Hal itu terungkap dalam workshop sehari bersama guru dan dosen yang digelar British Council bekerjasama dengan perguruan tinggi asal Inggris Universitas Keele yang menghadirkan Dr Stephen Whitehead sebagai pembicara di Hotel Century Park, Jakarta, belum lama ini.
Stephen mencermati banyak perbedaan dalam penyelenggaraan lembaga pendidikan di negara-negara Asia. Menurutnya, hanya sedikit lembaga yang berprestasi dan lembaga lainnya masih banyak yang belum mencapai standar minimum pelayanan pendidikan.
"Sebagian besar negara Asia tidak mampu untuk melayani kebutuhan masyarakat kelas menengah yang menginginkan anak mereka mendapatkan pendidikan yang berkualitas tinggi," kata Stephen dalam workshop bertajuk "Pengembangan Kepemimpinan dan Manajemen Pendidikan di Asia Tenggara".
Ia juga menyayangkan Indonesia yang sudah 50 tahun lebih merdeka dibandingkan negara lainnya di Asia Tenggara, tidak mampu tampil dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dilihat posisi Indonesia dalam ranking lembaga pendidikan dan universitas terbaik di dunia.
"Sayang sekali dari hampir 50 tahun lebih merdeka, Indonesia tidak memiliki banyak lembaga pendidikan atau universitas terbaik di dunia," imbuh Stephen.
Ia menjelaskan hal ini bisa dilihat dari situs internet topuniversities.com yang mencatat universitas terbaik pada tahun 2012 lalu. Dibandingkan Singapura dan Malaysia, Indonesia dengan jumlah penduduk 240 juta jiwa hanya memiliki 2 universitas yang masuk ranking 500 dunia. Dalam situs itu, Universitas Indonesia (UI) mendapatkan ranking 273, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam ranking 401-450 dunia.
Sedangkan Malaysia yang jumlah penduduknya 30 juta jiwa memiliki 6 universitas terbaik. Sedangkan, Singapura yang berpenduduk 5 juta jiwa punya 3 universitas terbaik, 2 di antaranya bahkan masuk ranking 50 besar.
Ia menambahkan untuk prestasi pendidikan dasar baik dalam bidang matematika, ilmu pengetahuan, dan ketrampilan membaca di Negara Asia juga masih diraih Singapura, Taiwan dan di Hongkong, China. Menurutnya, negara itu mampu berprestasi karena terus memperbaharui dan mengadopsi standar pendidikan dunia.
"Internasionalisasi (standar) pendidikan tak bisa dibendung karena dunia terus bergerak sebagaimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi," jelas Stephen.
Perlunya Pengembangan Sumber Daya Guru dan Dosen
Dalam kesempatan itu, Stephen juga mengajak para guru, manajer dan dosen untuk menimba ilmu lagi di luar negeri guna memenuhi standar pendidikan berkualitas internasional. Program yang ditawarkan sejumlah universitas juga sudah berargam.
Seperti halnya Universitas Keele yang menawarkan program belajar paruh waktu (part time), semi jarak jauh dimana 3-5 kelas akhir pekan berlangsung di sekolah internasional Harrow, Bangkok. terlebih, Keele adalah univeritas Inggris yang masuk dalam jajaran 100 unversitas terkemuka dunia versi Times Higher Education System (THES).
"Program ini dirancang bagi para pengajar profesional yang bekerja di sekolah internasional, sekolah bilingual, dan semua program ini diajarkan dan divalidasi oleh Universitas Keele," kata Stephen.
Bahkan, pihaknya juga bisa membantu para siswa untuk bisa mendapatkan beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti) bila memang memenuhi qualifikasi yang disyaratkan. Seperti, mencapai nilai tes IELTS minimum 6.0-6.5. (Adi)