Pengamat: Penembakan Polisi Sebagai Reaksi Kinerja Densus 88

Pengamat kepolisian Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar menghimbau Polri mawas diri dan membenahi institusinya.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 11 Sep 2013, 13:27 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2013, 13:27 WIB
anak-bripka-sukardi-histeris-130911-b.jp
Untuk kesekian kalinya penembakan terhadap anggota polisi kembali terjadi. Anggota Provost Polair, Bripka Sukardi, Selasa 9 September 2013 malam ditembak orang tak dikenal ketika sedang mengawal 6 tronton pengangkut elevator part. Penembakan Bripka Sukardi ini dinilai sebagai reaksi keras kinerja kepolisian.

Demikian disampaikan pengamat kepolisian Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar. Menurut Widodo, kinerja kepolisian harus segera dibenahi, khususnya Datasemen Khusus Anti Teror 88.

"Tetap saya melihat kali ini sebagai aksi-reaksi daripada cara kerja Polri itu sendiri. Khususnya bagi Densus 88. Tindakan Densus 88 itu perlu dibenahi, jangan terlalu eksistensi atau terlalu berlebihan" kata Bambang di lokasi penembakan depan gedung KPK, JalaN HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (11/9/2013).

Bambang menghimbau Polri segera melakukan pembenahan kinerjanya. Selain itu, Polri juga dituntut meningkatkan pengawasan terhadap setiap anggotanya.

"Cara-cara bekerja Densus di dalam menyikapi terorisme ini harus lebih manusiawi. Tindakan penembakan ini sebagai pelajaran, cuma akibatnya ini kan sasaran pelaku ke polisi lalu lintas, polisi Samapta," tambah Bambang. (Rmn/Ism)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya