Salah satu peserta konvensi Capres Partai Demokrat Ali Masykur Musa, dinilai mirip dengan KH. Abdurrahman Wahid kala muda. Figur Ali dianggap sebagai penerus pemikiran-pemikiran Presiden RI keempat itu, yang dapat memahami perbedaan dalam berdemokrasi yang belum dimiliki oleh figur-figur pemimpin bangsa ini.
Hal itu dikatakan oleh Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens dan mantan Juru Bicara Gus Dur, Adhie M Massardi dalam diskusi bertema "Mencari Sosok Gus Dur Baru" di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat 29 November 2013.
Boni Hargens mengatakan, tugas semua elemen bangsa saat ini adalah menemukan figur pemimpin bangsa seperti Gus Dur yang menghargai keanekaragaman berbangsa dan berdemokrasi maupun menghargai pluralisme yang belum dimiliki oleh figur-figur pemimpin saat ini.
Namun, menurut Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, figur saat ini yang mampu memahami dan menerapkan pemikiran-pemikiran Gus Dur adalah Ali Masykur Musa. Sebab, jelas Boni, Ali Masykur merupakan kader muda dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang paham betul pemikiran Gus Dur dalam membangun bangsa yang lebih maju dalam berbagai bidang.
"Ali Masykur Musa bisa jadi Gus Dur baru yang artinya krisis presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang banyak bernarasi dengan banyak terima penghargaan tapi gagal dalam mengatasi bangsa, dapat teratasi," ucap Boni Hargens.
Boni menuturkan, figur Gus Dus ketika menjabat sebagai presiden dikenal sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan pemikiran kontroversial, namun sebenarnya pemikiran kontroversial yang dikeluarkan Gus Dur untuk kemajuan bangsa.
"Lepas dari kontroversinya, tapi Gus Dur punya berdemokrasi yang baik," tutur Boni.
Adhie M Massardi menambahkan, Ali Masykur Musa adalah salah satu orang yang paham pemikiran-pemikiran Gus Dur selain dirinya. Sehingga, Ali Masykur layak dinilai sebagai Gus Dur baru di era demokrasi saat ini. "Ali Masykur Musa merupakan yang paham pemikiran Gusdur," ucap Adhie.
Adhie berujar, orang banyak bicarakan kebaikan Gus Dur, tapi keburukan Gus Dur tidak ada yang bicarakan karena menang sulit dicari keburukan Gus Dur. Sebab Gus Dur memang gunakan semua instrumen dan humor-humornya dalam memimpin bangsa ini.
"Muncul agama Konghucu misalnya, daripada dia masuk kristen, biarin saja Konghucu jadi agama," ujar Adhie menirukan perkataan Gus Dur.
Menurut Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini, Gus Dur memperjuangkan pemikirannya secara fisik dan sampai saat ini generasi penerus belum menemukannya. Di mana, Gus Dur berpikir baik dan berbuat baik. "Kebesaran Gus Dur tercermin dari kebijakan-kebijakannya ketika jadi ketua dewan syuro dan presiden," papar Adhie.
Menanggapi hal itu, Ali Masykur Musa mengaku memang mengagumi figur dan sosok Gus Dur. Bahkan, kata Ali, kekagumannya tersebut ia tuangkan ke dalam buku tentang pemikiran politik dan paham kebangsaan Gus Dur yang ia ambil dari tesisnya secara independent variabel. Sehingga, Ali benar-benar mendalami pemikiran-pemikiran Gus Dus. Dia juga menilai antara Gus Dur dan NU tidak bisa dipisahkan.
"Gus Dur adalah NU kecil, sedangkan NU adalah Gus Dur besar. Jadi pandangan itu menyatu," kata Ali Masykur Musa yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) ini. (Tnt)
Hal itu dikatakan oleh Pengamat Politik dari Universitas Indonesia (UI) Boni Hargens dan mantan Juru Bicara Gus Dur, Adhie M Massardi dalam diskusi bertema "Mencari Sosok Gus Dur Baru" di Galeri Cafe, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Jumat 29 November 2013.
Boni Hargens mengatakan, tugas semua elemen bangsa saat ini adalah menemukan figur pemimpin bangsa seperti Gus Dur yang menghargai keanekaragaman berbangsa dan berdemokrasi maupun menghargai pluralisme yang belum dimiliki oleh figur-figur pemimpin saat ini.
Namun, menurut Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, figur saat ini yang mampu memahami dan menerapkan pemikiran-pemikiran Gus Dur adalah Ali Masykur Musa. Sebab, jelas Boni, Ali Masykur merupakan kader muda dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) yang paham betul pemikiran Gus Dur dalam membangun bangsa yang lebih maju dalam berbagai bidang.
"Ali Masykur Musa bisa jadi Gus Dur baru yang artinya krisis presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang banyak bernarasi dengan banyak terima penghargaan tapi gagal dalam mengatasi bangsa, dapat teratasi," ucap Boni Hargens.
Boni menuturkan, figur Gus Dus ketika menjabat sebagai presiden dikenal sering mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan pemikiran kontroversial, namun sebenarnya pemikiran kontroversial yang dikeluarkan Gus Dur untuk kemajuan bangsa.
"Lepas dari kontroversinya, tapi Gus Dur punya berdemokrasi yang baik," tutur Boni.
Adhie M Massardi menambahkan, Ali Masykur Musa adalah salah satu orang yang paham pemikiran-pemikiran Gus Dur selain dirinya. Sehingga, Ali Masykur layak dinilai sebagai Gus Dur baru di era demokrasi saat ini. "Ali Masykur Musa merupakan yang paham pemikiran Gusdur," ucap Adhie.
Adhie berujar, orang banyak bicarakan kebaikan Gus Dur, tapi keburukan Gus Dur tidak ada yang bicarakan karena menang sulit dicari keburukan Gus Dur. Sebab Gus Dur memang gunakan semua instrumen dan humor-humornya dalam memimpin bangsa ini.
"Muncul agama Konghucu misalnya, daripada dia masuk kristen, biarin saja Konghucu jadi agama," ujar Adhie menirukan perkataan Gus Dur.
Menurut Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) ini, Gus Dur memperjuangkan pemikirannya secara fisik dan sampai saat ini generasi penerus belum menemukannya. Di mana, Gus Dur berpikir baik dan berbuat baik. "Kebesaran Gus Dur tercermin dari kebijakan-kebijakannya ketika jadi ketua dewan syuro dan presiden," papar Adhie.
Menanggapi hal itu, Ali Masykur Musa mengaku memang mengagumi figur dan sosok Gus Dur. Bahkan, kata Ali, kekagumannya tersebut ia tuangkan ke dalam buku tentang pemikiran politik dan paham kebangsaan Gus Dur yang ia ambil dari tesisnya secara independent variabel. Sehingga, Ali benar-benar mendalami pemikiran-pemikiran Gus Dus. Dia juga menilai antara Gus Dur dan NU tidak bisa dipisahkan.
"Gus Dur adalah NU kecil, sedangkan NU adalah Gus Dur besar. Jadi pandangan itu menyatu," kata Ali Masykur Musa yang juga Ketua Umum Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) ini. (Tnt)