Tidak Pelit Ilmu, Nissan Berbagi Teknik Perakitan Mesin

Nissan Motor Co melisensikan Nissan Machining Roughening Process (NMRP), teknologi baru untuk membuat mesin mobil.

oleh Rio Apinino diperbarui 15 Sep 2017, 12:30 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 12:30 WIB
20160323-Generasi Baru 'Godzilla' Nissan GT-R Tampil di New York Auto Show-New York
Mobil Nissan GT-R 2017 saat diperkenalkan di New York International Auto Show 2016 di Manhattan, New York, Rabu (23/3). Mesin tetap mengandalkan VR38DETT yaitu 6 silinder 3.800 cc turbo ganda yang digunakannya sejak tahun 2007 silam. (Jewel SAMAD/AFP)

Liputan6.com, Yokohama - Nissan Motor Co melisensikan Nissan Machining Roughening Process (NMRP), teknologi baru untuk membuat mesin mobil, ke produsen Gebr. Heller Maschinenfabrik, asal Jerman. Heller akan jadi satu-satunya pihak yang diperbolehkan membuat mesin yang pakai teknologi baru ini.

Mengutip laman WebWire, dengan teknologi ini, pembuat mobil asal Jepang ini bisa membuat mesin secara massal "dengan baling-baling silinder hemat energi dengan lapisan semprotan besi pada tingkat kualitas yang konsisten."

Perlu dicatat, teknologi ini tidak hanya bisa dipakai Nissan. Ia juga bisa digunakan pihak lain, termasuk kompetitor langsung, sepanjang membayar biaya lisensi. Mereka beralasan ini demi kemajuan industri otomotif secara luas

"Daripada membatasi penggunaan teknologi kami seperti NMRP ini hanya untuk kami sendiri, Nissan lebih memilih berkontribusi terhadap kemajuan industri dengan membuat mereka tersedia secara luas," terang Catherine Perez, corporate vice-president of corporate strategy, partnerships and business development Nissan.

Salah satu kelebihan dari teknologi ini adalah ia secara signifikan mengurangi penggunaan energi. Dengan teknik mirror bore coating, lapisan permukaan dalam mesin disemprot baja cair rendah karbon, teknik yang sebelumnya sulit dilakukan dengan kualitas yang konsisten.

Sebelumnya teknik ini hanya dipakai pada sebagian kecil mesin high-end.

Produksi massal ini memerlukan teknologi penyemprotan termal yang canggih serta teknologi yang bisa memastikan lapisan karbon tetap terikat pada permukaan dalam silinder meski terjadi ledakan dan kompresi yang konstan.

Teknologi penyemprotan inilah yang berhasil mereka realisasikan. Tentu, dengan harga yang lebih terjangkau dibanding pakai teknologi lama.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Nissan Leaf 2018
Nissan Leaf menjadi ikon Intelligent Mobility.(Nissan)

Nissan Leaf Makin Pintar, Bisa Jaga Jarak Sendiri

Beberapa waktu lalu Nissan memperkenalkan generasi terbaru dari mobil listrik massal miliknya sekaligus ikon dari Intelligent Mobility, yaitu Nissan Leaf. Sebagai lambang dari Intelligent Mobility. Nissan Leaf dilengkapi dengan berbagai fitur modern, seperti ProPilot, ProPilot Park, dan e-Pedal.

ProPilot merupakan teknologi otonomos yang digunakan pada jalur satu arah. Saat diaktifkan, fitur ini akan menjaga jarak mobil dengan mobil lainnya dengan kecepatan antara 30 - 100 km/jam. Jika mobil di depan berhenti total, ProPilot akan mengaktifkan rem dan berhenti total jika dibutuhkan. Saat ingin berjalan kembali, pengemudi dapat menyentuh tombol atau menekan pedal gas.

ProPilot Park dapat memarkirkan mobil secara otomatis dengan mengkombinasikan empat kamera dan informasi dari 12 sensor ultrasonik yang tertempel pada mobil.

Fitur yang menarik adalah e-Pedal, fitur ini memungkinkan pengemudi untuk menggunakan pedal gas saja selama perjalanan. Pedal gas digunakan untuk akselerasi, deselarasi, berhenti, hingga menahan di tanjakan. Dengan melepas pedal gas, kecepatan akan berkurang secara perlahan dengan gaya 0,2g. Berdasarkan studi yang dilakukan Nissan, fitur ini dapat mengurangi kelelahan pengemudi. Namun, untuk pengereman darurat tetap menggunakan pedal rem.

Nissan Leaf mengadopsi e-powertrain baru yang menghasilkan tenaga 110 kW (147 Tk), lebih besar 38 persen dibanding generasi sebelumnya. Torsi meningkat 26 persen, menjadi 320 Nm.

Jarak tempuhnya meningkat hingga 400 km berdasarkan pengujian di Jepang, hal ini tercapai berkat penambahan kapasitas baterai tanpa perlu memperbesar dimensinya. Kepadatan energi bertambah 67 persen dibanding model tahun 2010.

Nissan Leaf akan mulai dijual di Jepang pada Oktober mendatang, setelah itu akan mulai dijual di Amerika, Kanada, dan Eropa pada awal 2018 dengan harga mulai dari $29.990 (Rp 390 juta).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya