Gara-Gara Corona, 5.000 Karyawan BMW Group Terancam PHK

Meski terus melahirkan model baru, BMW nyatanya juga tidak cukup kuat menghadapi pandemi Corona Covid-19. BMW merencanakan mengurangi karyawan hingga 5.000 orang.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jun 2020, 19:04 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 19:04 WIB
BMW
Logo BMW (Foto: picnations.com)

Liputan6.com, Jakarta - Meski terus melahirkan model baru, BMW nyatanya juga tidak cukup kuat menghadapi pandemi Corona Covid-19. BMW merencanakan mengurangi karyawan hingga 5.000 orang.

Ini merupakan respons pabrikan yang juga menaungi merek MINI dan Rolls-Royce terhadap kondisi dunia otomotif belakangan. Performa penjualan kendaraan, khususnya BMW terus mengalami kemerosotan akibat pandemi COVID-19.

Masyarakat pun tengah fokus pada kebutuhan primer, mengesampingkan dulu keperluan sekunder. Langkah itu dapat mengurangi pengeluaran, sehingga dapat menjaga kondisi perusahaan stabil.

Setidaknya sampai kondisi pulih total. Sebelumnya pabrikan telah menghentikan aktivitas produksi sejak April, sebelum akhirnya dibuka kembali pertengahan Mei.

Sebagai informasi, pada triwulan pertama 2020, BMW Group menjual 477.111 unit ke seluruh dunia. Dibandingkan tahun lalu pada periode sama, terdapat penurunan signifikan mencapai 20,6 persen. Detailnya untuk BMW 411.809 unit (turun 20.1 persen), Mini sebanyak 64.449 (turun 23,4 persen) dan Rolls-Royce 853 (turun 27,2 persen).

Reduksi dimulai Februari, dengan permintaan dari Cina yang berkurang drastis. Pada kuater pertamanya terjadi degradasi sampai 30,9 persen dibanding periode sama tahun lalu.

Kemudian pada Maret, efek wabah mempengaruhi market Eropa (kartal pertama 2020 dikomparasi tahun lalu ada penurunan 18,3 persen) dan Amerika Serikat (turun 17,6 persen). Lantaran 80 persen outlet retail di Eropa dan 70 persen di Amerika Serikat terpaksa tutup, karena adanya larangan dari pemerintah.

Prediksi

Prediksinya penjualan pada kuartal kedua tak lebih baik dari tiga bulan pertama. Target margin keuntungan 2020 pun telah direvisi. Bahkan mereka tak menaruh ekspektasi tinggi terhadap adanya keuntungan.

Rencana pengurangan tenaga kerja dilaksanakan dengan beberapa skema. Chief Financial Officer BMW, Nicolas Pete mengungkapkan, pihaknya akan mengurangi jam kerja bagi karyawan dengan kontrak pendek, dan membebastugaskan beberapa tanpa dibayar.

Bila ini belum cukup untuk menjaga kestabilan perusahaan, kemungkinan BMW juga mengimplementasikan paket pensiun dini.

BMW bukan satu-satunya merek papan atas yang mengambil langkah ekstrem akibat kondisi global. McLaren minggu lalu resmi mengumumkan akan menghentikan seperempat pekerjanya, atau total 1.200 orang.

Merek asal Prancis, Renault juga tengah bersiap merumahkan 15 ribu karyawannya (4.600 di Prancis dan 10 ribu di seluruh dunia). Meski ini bukan sepenuhnya disebabkan COVID -19, tapi adanya pandemi justru menambah urgensi penerapan rencana itu.

Sumber: Oto.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya