Liputan6.com, Jakarta - Toyota dinobatkan menjadi merek otomotif terburuk yang tercatat paling gencar menolak regulasi global dalam percepatan peralihan kendaraan berbahan bakar konvensional ke kendaraan listrik di 2020-2021. Hal tersebut, berdasarkan laporan dari InfluenceMap, dalam laporan berjudul 2021 Climate Policy Footprint.
Dilansir Carscoops. secara umum, Toyota menjadi yang terburuk ketiga, di bawah ExxonMobil dan Chevron sebagai dua merek teratas yang juga sangat menghalangi transisi dari mobil konvensional ke mobil listrik.
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, berdasarkan laporan yang menyelidiki perusahaan dan taktik lobi perubahan iklim tersebut, menempatkan Toyota sebagai pembuat mobil paling buruk. Produsen lain yang diperiksa juga ada BMW di posisi 18, Daimler posisi 24, dan Hyundai posisi 25.
"Buku pedoman perusahaan untuk menahan kebijakan iklim telah jauh dari penyangkalan sains, tetapi sama merusaknya," ujar Ed Collins, Seorang Direktur InfluenceMap kepada The Guardian.
"Apa yang kami lihat tidak terbatas pada upaya untuk merongrong regulasi secara langsung. Ini juga melibatkan teknik penangkapan naratif yang produktif dan sangat canggih, mengarahkan pemerintah ke jalur yang sangat berbahaya," tambahnya.
Sementara itu, hal ini bukan pertama kalinya Toyota dipilih karena taktik lobinya. Menurut laporan sebelumnya dari The New York Times , pembuat mobil Jepang mengkampanyekan para pemimpin kongres di balik pintu tertutup untuk mendorong kembali rencana pemerintahan Biden untuk mempercepat adopsi EV.
Raksasa otomotif ini juga mengalami stagnasi dalam angka EPA , yang menunjukkan bahwa angka ekonomi bahan bakar merek secara keseluruhan sekarang berada di tingkat bawah peringkat ekonomi.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
PHEV dan Hidrogen Toyota
Pada tahun lalu, pengawas kontribusi kampanye menemukan bahwa Toyota adalah donor korporat terbesar sejauh ini untuk Partai Republik di Kongres yang mempermasalahkan hasil pemilihan presiden 2020. Banyak dari politisi ini juga telah diidentifikasi mempertanyakan dasar ilmiah untuk perubahan iklim.
Kembali ke Jepang, Ketua Toyota, Akio Toyoda, mengklaim Jepang akan kehabisan listrik di musim panas jika semua menjadi kendaraan listrik. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung transisi penuh ke EV akan merugikan negara setara dengan US$135 miliar hingga US$358 miliar.
Sedangkan di India, para eksekutif yang terikat dengan merek tersebut mencela target negara untuk menggunakan semua kendaraan listrik pada 2030.
Toyota telah lama berpendapat bahwa PHEV dan teknologi hidrogen dapat menawarkan hasil jangka panjang yang lebih baik dalam memerangi perubahan iklim.
Â
Advertisement