Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah mendorong transisi penggunaan kendaraan elektrifikasi di Indonesia. berbagai cara dilakukan, termasuk memberikan insentif untuk pembelian mobil listrik, mobil hybrid, motor listrik, dan juga motor listrik hasil konversi.
Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung mengatakan, segmen roda dua ramah lingkungan lebih memiliki prospek untuk bisa berkembang lebih pesat di Tanah Air, dibanding roda empat.
Baca Juga
"Jadi kalau di indonesia, yang sangat prospektif itu roda dua. Kalau roda dua kan sudah di-trigger dengan layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab," jelas Agus, ketika ditanya prospek kendaraan listrik di Indonesia.
Advertisement
Lanjut Agus, perusahaan penyedia layanan alat angkutan umum secara daring ini, pada 2030 nantinya diwajibkan menggunakan armada berbasis elektrik. Sehingga, kesempatan pabrikan roda dua untuk bisa masuk ke pasar elektrifikasi yang lebih besar sangat memungkinkan.
"Jadi, roda dua menurut saya harus segera di-push karena market terbesar di sana," tambah Agus.
Sementara itu, menanggapi perspeksi masyarakat terkait model motor listrik yang memiliki gaya monoton alias begitu-begitu saja, Agus berpendapat, dengan harga yang sudah cukup terjangkau, sebagian besar kendaraan tersebut memang mirip dengan yang sudah beredar banyak di pasaran seperti Honda Vario dan Beat.
"Yang jadi masalah, sebenarnya orang belum percaya sama reliabilty, durability, dan itu tadi charging bagaimana. Sebetulnya, model sekarang sudah sesuai dengan minat konsumen di Indonesia," tegas Agus.
Pembeli Mobil Listrik di Indonesia untuk Gaya-gayaan Saja?
Tren pasar kendaraan listrik di Indonesia tengah berkembang pesat. Terbukti, berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) terdapat peningkatan yang cukup signifikan, dari 685 unit pada 2021 menjadi 10.306 unit pada 2022.
Namun, tren positif di segmen elektrifikasi ini, ternyata menurut Agus Purwadi, pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), hanya sekedar gaya-gayaan alias mengikuti tren.
Pasalnya, kesadaran pemilik mobil listrik terhadap keberlangsungan lingkungan yang bersih atau penurunan polusi belum terlihat atau terbentuk.
"Menurut saya, mereka (yang beli mobil listrik) karena peduli lingkungan masih jauh lebih sedikit daripada pengen gaya dan pengen punya status yang beda aja," jelas Agus, saat ditemui Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Lanjut Agus, banyak pemilik mobil plug-in hybrid (PHEV) di Indonesia, yang tidak pernah melakukan pengecasan atau pengisian baterai.
"Jadi, di-charge pakai mesin saja. Jadi betul, mereka yang beli mobil listrik karena sadar lingkungan masih sedikit lah. Harus diakui," pungkasnya.
Advertisement