Liputan6.com, Jakarta - Forum Umat Islam (FUI) menggelar aksi 31 Maret siang nanti untuk menuntut pemecatan Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mencalonkan diri kembali pada Pilkada DKI 2017. Pengamat politik Universitas Indonesia Reza Haryadi menilai, aksi ini tidak akan berpengaruh kepada pilihan warga Ibu Kota.
Menurut dia, masing-masing dari pasangan calon sudah memiliki basis masa sendiri. Selain itu, warga Jakarta dinilai sudah lebih dewasa dalam demokrasi.
"Aksi-aksi tentang penistaan agama mungkin tidak akan terlalu banyak berpengaruh. Karena masyarakat telah sampai pada satu titik jenuh, masyarakat mungkin akan lebih mengaitkan preferensi pemilihnya pada kualifikasi individual dari masing-masing kandidat," kata Reza di Utan Kayu, Jakarta Timur, Kamis 30 Maret 2017.
Advertisement
Dia melanjutkan, masyarakat kini juga lebih selektif dalam memilih pemimpin. Masyarakat lebih mempertimbangkan program dan track record paslon di Pilkada DKI 2017 ketimbang isu penistaan agama. Apalagi, isu-isu informasi hoax dan kampanye hitam.
"Orang sekarang sudah fokus pada kualifikasi program, track record, pengalaman empiris dan sebagainya. Saya kira ini dibuktikan dengan perdebatan dan kritik terhadap program oke oce misalnya atau program Open government dan sebagainya," ujar Reza usai menjadi pembicara dalam Diskusi Publik menuju Pilkada Bersih, Aman dan Demokrasi bersama Forum Intelektual Muda Nusantara.
Dia menegaskan, secara perlahan, masyarakat sudah bergerak dari aspek preferensi yang bersifat sosiologis ke aspek preferensi rasional. Sehingga tidak lagi mudah dipengaruhi dengan isu SARA.
"Jadi saya kira aksi (31 Maret) akan berjalan seperti biasa dan tidak akan banyak impact-nya terhadap persoalan Pilkada DKI 2017," Reza menandaskan.