Jimly Asshiddiqie Ingin Idul Fitri Jadi Momentum Rekonsiliasi

Jimly berharap, Idul Fitri harus menjadi semangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk merajut kembali semangat hidup rukun dan damai.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Jun 2019, 10:41 WIB
Diterbitkan 07 Jun 2019, 10:41 WIB
Utut Adianto dan Jimly Asshiddiqie Bahas Kinerja Legislasi DPR RI
Pakar Hukum Tata Negara, Jimly Asshiddiqie memberikan pendapatnya saat diskusi Dialektika Demokrasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (2/8). Diskusi tersebut membahas 'Kinerja Legislasi DPR RI'. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie mengatakan, suasana Idul Fitri 1440 Hijriah harus dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai momentum rekonsiliasi pascaketegangan dalam Pemilu Serentak 2019.

"Suasana pemilu menimbulkan ketegangan antarwarga dan kelompok masyarakat satu dengan yang lain terutama terkait pilpres. Oleh karena itu, suasana Ramadhan tahun ini harus dipakai semaksimal mungkin untuk rekonsiliasi," kata Jimly di Jakarta seperti dilansir dari Antara, Jumat (7/6/2019).

Jimly mengutarakan, Idul Fitri kali ini harus digunakan sebagai ajang silaturahim, mempererat hubungan kemanusiaan dan persaudaraan baik internal keluarga maupun antarkeluarga.

"Kalau momentum ini tidak kita gunakan, ya rugi kita," katanya.

Menurut Jimly, situasi politik Pemilu 2019 lebih menegangkan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Oleh karena itu, ia berharap, Idul Fitri harus menjadi semangat bagi seluruh lapisan masyarakat untuk merajut kembali semangat hidup rukun dan damai.

Jimly mengatakan, semangat bersilaturahmi dan merajut kembali kerukunan penting juga dilakukan sesama kolega politik, tak terkecuali kedua pasangan capres-cawapres.

 

Jangan Saling Menjatuhkan

Mural Pesan Damai Pemilu 2019
Pejalan kaki melintasi mural yang menghiasi tembok di kawasan Margonda, Depok, Sabtu (16/2). Gambar mural memiliki pesan agar masyarakat tetap damai dan berteman meski berbeda dalam memilih calon presiden dalam Pilpres 2019. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Namun yang lebih penting, rekonsiliasi antara masyarakat khususnya kedua pendukung capres-cawapres bisa dilakukan.

"Pengikut kedua capres ini kan jumlahnya besar, kubu yang kalah 68 juta, yang menang 85 juta, itu dua duanya banyak. Jadi harus saling menghormari, saling menghargai," ujar dia.

Jimly menyayangkan bahwa yang tercermin di media sosial adalah kedua pendukung tampak saling merendahkan. Semestinya, kata dia, pihak yang kalah menghormati pemenang, sementara pihak yang menang selain menghormati yang kalah juga harus menenangkannya.

"Jangan saling 'ngenyek', saling menjatuhkan, saling tidak percaya dan menyebar kebencian. Kita beruntung suasana Ramadhan bisa mengerem itu semua," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya