Liputan6.com, Jakarta Sejatinya ada beberapa hal yang mendasari membaiknya kondisi bisnis properti secara fundamental di Indonesia. Pertama, koreksi dari Bank Indonesia terkait suku bunga SBI, dari mulai Januari 2016 yang masih berada di kisaran angka 7,25% menguat pada posisi 6,40% pada Agustus 2016.
Kondisi itupun diperkuat dengan kebijakan pemerintah terkait penurunan LTV untuk kepemilikan rumah. Jika pada awalnya untuk rumah pertama 30%, rumah kedua 40% dan ketiga 50%. Maka saat ini uang muka untuk rumah pertama menjadi 15%, rumah kedua 20% dan ketiga 25%.
Baca Juga
Kondisi di atas tentunya jelas memberikan angin segar bagi semua orang yang ingin berinvestasi kembali pada unit- unit properti. Apalagi ditambah dengan kebijakan tax amnesty yang secara meyakinkan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan bisnis properti di akhir 2016 dan awal 2017.
Advertisement
Jadi jika bicara momentum yang tepat untuk berinvestasi di sektor properti mungkin sekaranglah saat yang tepat.
Simak juga: Investasi Properti VS Saham, Mana yang Lebih Unggul?
Bicara investasi di sektor properti, Anda bisa secara langsung berinvestasi ke produk atau unit propertinya, atau justru masuk ke dalam struktur perusahaan yang bersangkutan dengan membeli sahamnya.
Jika informasi diatas adalah bagaimana kita melihat fundamental secara makro, mungkin agak beda jika fundamental yang kita lihat terkait langsung dengan kinerja saham dari perusahaan properti yang bersangkutan.
Seperti yang disampaikan oleh Antonia, Research Analis Danareksa Securitas kepada Rumah.com, menurutnya ada 2 hal yang bisa menggambarkan fundamental dari perusahaan properti jika dilihat dari kacamata analisa saham.
- Earning atau pendapatannya
- Marketing Sales atau tingkat penjualan dari aktivitas marketing/penjualan.
Secara fundamental hingga Oktober 2016, menurut Antonia, kondisinya masih sama seperti 2015. Namun jika Anda ingin mencoba melirik saham-saham properti maka 4 pilihan saham properti perusahaan berikut ini layak Anda miliki.
ASRI
PT. Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) berhasil mencatatkan kinerja positif sepanjang semester I 2016. Laba bersih perseroan tumbuh 22,8% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).
Perseroan berhasil mengantongi laba bersih di semester I tahun ini sebesar Rp 558,09 miliar, naik 22,8% dari Rp 454,3 miliar pada semester I tahun lalu. Sehingga, laba per saham ASRI naik dari Rp 23,17 menjadi Rp 28,4.
BSDE
PT. Bumi Serpong Damai Tbk. misalnya, kinerja berkode emiten BSDE ini nilai pra penjualan baru 37 persen dari target sepanjang tahun 2016 sebesar Rp6,9 triliun. PER BSDE pada kuartal II 2016 adalah 24.7 x lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 11,1x.
Secara teknikal BSDE breakout dari level resisten tertingginya 2220, buy on breakout, jika berhasil bertahan di atas 2220, BSDE berpotensi menguji target berikutnya di 2400.
PWON
PT. Pakuwon Jati Tbk. (PWON) berhasil mencetak pertumbuhan kinerja semester I 2016. Laba bersih perseroan mengalami pertumbuhan 18,6% dibanding periode yang sama tahun lalu (yoy).
PWON berhasil mengantongi marketing sales atau pra penjualan sebesar Rp 1,14 triliun sepanjang semester I 2016. Jumlah tersebut setara dengan 37% dari total target yang ditetapkan perseroan tahun ini yakni Rp 3,1 triliun.
BKSL
PT. Sentul City Tbk. (BKSL) berhasil mencatatkan keuntungan sepanjang semester I 2016. Sementara periode yang sama tahun lalu masih merugi. Mengutip laporan keuangan yang dirilis BKSL, Minggu (31/7), perseroan mencatatkan laba bersih semester I tahun ini sebesar Rp 51,04 miliar.
Sementara periode yang sama tahun lalu tercatat kerugian sebesar Rp 68,6 miliar.
Jika acuannya memang seperti yang diutarakan Antonia, maka saham Pakuwon Jati dengan nama PWON adalah yang paling layak untuk di beli.
Hal itupun sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Eveline Liauw, Bisnis Analis dari IndoPremier, bahwa Pakuwon memiliki fundamental yang menarik karena dengan kepemilikan pusat belanjanya yang cukup beragam membuat perusahaan ini memiliki pendapatan tetap yang berulang.
Itu sebab mengapa PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON) berhasil mengantongi marketing sales atau pra penjualan sebesar Rp 1,14 triliun sepanjang semester I 2016.
Foto: Pixabay
Achmad Fachrezzy