JLL: Jakarta Perlu Regulasi yang Transparan

Manila, Jakarta, Mumbai, Delhi dan Bangalore, masih belum menyadari potensi penuh yang sebenarnya dimiliki mereka sebagai tujuan investor

oleh Fathia Azkia diperbarui 17 Mar 2017, 09:22 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 09:22 WIB
pasar properti asia pasifik
Manila, Jakarta, Mumbai, Delhi dan Bangalore, masih belum menyadari potensi penuh yang sebenarnya dimiliki mereka sebagai tujuan investor

Liputan6.com, Jakarta Pasar properti Asia Pasifik diklaim paling cepat berkembang di dunia. Sayangnya, dalam urusan intensitas investasi, wilayah ini masih jauh tertinggal dengan negara lain seperti Eropa dan Amerika Utara.

Demikian disebutkan dalam laporan Jones Lang LaSalle (JLL) Investment Intensity Index yang dirilis pertengahan Maret ini.

Riset ini membandingkan volume investasi real estat komersial di berbagai kota besar selama tiga tahun berturut-turut.

Hasilnya terungkap bahwa dari 30 peringkat kota besar di dunia, hanya empat kota di Asia Pasifik yang punya perkembangan signifikan yakni Sydney (urutan 8), Melbourne (urutan 16), Hong Kong (urutan 28) dan Tokyo (urutan 30).

Baca juga: JLL Merespon Positif Isu Pajak Tanah ‘Nganggur’

Ini menunjukkan bahwa kota besar lain seperti Bangalore, Ho Chi Minh City dan Shanghai harus saling adu kecepatan dalam hal pertumbuhan pasar properti. Mengingat ketiga kota tersebut masih memiliki ruang untuk tumbuh sebanding dengan produk domestik bruto (PDB) mereka.

“Meskipun kota-kota berkembang di Asia Pasifik sudah mampu menarik pangsa investasi real estat secara global, tetapi indeks terbaru kami menunjukkan ada beberapa hal yang mesti mereka lakukan untuk meningkatkan sisi intensitasnya,” kata Dr Megan Walters, Head of Research, Asia Pacific, JLL, seperti dilansir Rumah.com.

“Namun sekarang keseimbangan mulai bergeser. Kenyataannya, investor properti cenderung mencari emerging cities demi memenuhi kebutuhan diversifikasi mereka, dengan perkiraan 60% dari jaringan pembangunan sampai tahun 2020 diproyeksikan berasal dari pasar negara berkembang,” katanya.

Selain menawarkan potensi investasi yang besar, JLL juga mengungkapkan bahwa untuk menarik investor real estate jangka panjang, kota berkembang harus berani mendorong transparansi, meningkatkan pengawasan regulasi dan membangun platform keuangan yang kuat.

Baca juga: 5 Tren yang Pengaruhi Pasar Properti Asia Pasifik 2017

Meningkatnya pengaruh kota-kota di Tiongkok

“Shanghai dan Beijing diidentifikasi sebagai salah satu kota besar dengan pertumbuhan tercepat di dunia dan ini menjadi tanda bahwa secara global mereka layak jadi destinasi investasi real estat,” ujar Joe Zhou, Head of Research, China JLL.

Sementara itu, JLL menyayangkan bahwa beberapa kota berkembang di Asia Pasifik seperti Manila, Jakarta, Mumbai, Delhi dan Bangalore, masih belum menyadari potensi penuh yang sebenarnya dimiliki mereka sebagai tujuan para investor real estate.

(Mau investasi properti di Jakarta? Simak dulu Review Propertinya)

Ini lantaran adanya sejumlah masalah mulai dari kurangnya transparansi dalam hal regulasi, tantangan infrastruktur, pembatasan pasar hingga gaya kepemilikan volatilitas ekonomi dan politik.

Meski begitu, sejumlah kota besar lain seperti Kuala Lumpur dan Bangkok diyakini sudah mampu menarik minat tinggi dari para investor.

Faktornya diketahui karena keduanya sudah melakukan peningkatan investasi untuk tahun-tahun mendatang yang diiringi dengan mutu saham dan transparansi yang membaik.

Sementara itu Australia terus konsisten menjaga minat investor, dengan posisi Sydney dan Melbourne yang masuk ke dalam jajaran 30 kota teratas sesuai riset Jones Lang LaSalle (JLL) Investment Intensity Index.

Keterbukaan tingkat tinggi, keberlanjutan dan ekonomi yang bergejolak dinilai sebagai salah satu faktor yang mendukung minat investor berbisnis di kota-kota besar di Australia.

(Klik www.rumah.com/perumahan-baru dan temukan ratusan perumahan baru di seluruh Indonesia)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya