Liputan6.com, Surabaya - Lokalisasi Dolly di Surabaya, Jawa Timur ternyata masih digunakan para pekerja seks komersil (PSK) dan muncikari menerima pria hidung belang. Buktinya, patroli gabungan Unit Perlindungan Anak dan Perempuan (PPA) Satreskrim Polrestabes Surabaya bersama Satpol PP Kota Surabaya mengamankan 3 muncikari dan 3 PSK saat melayani tamunya di Wisma New Borneo di Gang Dolly.
Kasi Penindakan Satpol PP Kota Surabaya Dari mengatakan, tidak hanya 3 muncikari yang diringkus, pihaknya juga mengamankan 3 PSK yang berada di dalam kamar wisma. 3 Muncikari tersebut bernama Sagito Darmaji (46), Sugianto (47), dan Siti Halimah (46). Mereka adalah warga Kupang Gunung Timur, Surabaya.
"Saat dilakukan penggerebekan, para muncikarinya ada di dalam wisma. Sedangkan 3 PSK nya, berada dalam kamar dan masih melayani tamu," kata Dari di Surabaya, Selasa (25/8/2015).
Dari menjelaskan, untuk kepentingan penyidikan, muncikari dan PSK tersebut dilimpahkan ke Polrestabes Surabaya, dalam hal ini Unit PPA. Sementara Wisma New Borneo, saat ini sudah disegel petugas.
"Usai diamankan itu, mereka kita serahkan ke Polrestabes Surabaya. Karena ini murni tindak perdagangan manusia. Tugas kita hanya melakukan penertiban," tandas Dari.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Takdir Mattanete membenarkan penangkapan tersebut. "Ini merupakan upaya kita dalam memberantas semua kegiatan prostitusi terselubung di Surabaya," tutur Takdir.
Dia mengakui bahwa Gang Dolly dan Jarak memang sudah ditutup. Namun, masih tetap beroperasi. Hanya tidak lagi dilakukan terang-terangan.
"Memang, penutupan sudah dilakukan Pemkot Surabaya tahun lalu, tapi ternyata masih beroperasi. Hanya, saat ini dilakukan sembunyi-sembunyi," terang Takdir.
Ciri-Ciri Fisik
Advertisement
Modusnya, 2 muncikari berdiri di pinggir jalan dan seorang menjaga wisma. Mereka menawarkan gacoannya kepada setiap pengguna jalan yang melalui daerah itu. Kalau ada yang berminat, mereka memberi ciri-ciri PSK nya.
"Mereka tidak menunjukkan foto PSK nya, melainkan hanya menyebut ciri-ciri fisiknya saja. Untuk tarif sekali main, PSK nya dibandrol Rp 300 ribu," kata Takdir.
Dari tarif itu, PSK menerima Rp 150 ribu, sedangkan Rp 150 ribu untuk 3 mucikari, plus biaya kamar.
"Setelah deal, 1 dari 2 mucikari yang di jalan ini menemui PSK-nya dan satunya lagi mengantar pelanggan ke wisma yang dijaga muncikari yang satunya dari pintu belakang. Wismanya memang sudah kosong, dan PSK nya dikoskan di tempat lain. Baru kalau ada pelanggan si PSK diantar ke wisma untuk melayani pelanggannya," ungkap Takdir.
Satu di antara muncikari, Sugiono mengaku hanya memiliki 5 PSK. Bisnisnya baru berjalan 3 bulan. "Kalau lagi sepi pelanggan, PSK nya saya tawarkan Rp 150 saja," tukas Sugiono.
Sedang AG, PSK yang diringkus petugas mengaku hanya sambilan saja.
"Sebenarnya saya sudah kerja di salon. Cuma kalau ada job, saya ditelepon. Saya melakukan pekerjaan ini karena gajinya tidak bisa buat jajan tiap hari," jelas eks PSK Dolly asal Madiun ini.
Dia juga mengaku, sebelum Dolly dan Jarak "dibombardir" Pemkot Surabaya, AG mengaku tiap hari bisa mengantongi banyak uang dan mengirimkan kepada orangtua di kampung halamannya.
"Kalau dulu kan tiap hari pegang duit, dan bisa ngirim uang ke kampung tiap minggu, sekarang sudah tidak bisa lagi," keluh AG. (Ron/Rmn)