Kelola Sampah, Pemprov Surabaya Gandeng Komunitas Pemuda

Mereka membagi tugas saat mengelola sampah organik dan non organik.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 18 Nov 2015, 08:19 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 08:19 WIB
Kota Surabaya
Surabaya, ibukota Jawa Timur

Liputan6.com, Surabaya - Guna menekan volume limbah pasar dan dapur warga yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo, dan Super Depo Sutorejo. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Surabaya menggandeng komunitas pemuda yang tergabung dalam BJSC (Bertaqwa, Jujur, Santun, dan Cerdas).  

Kepala DKP Kota Surabaya, Chalid Buchari mengatakan bahwa untuk mengurangi limbah pasar, DKP mendatangkan mesin pencacah untuk mengolah limbah organik menjadi pupuk kompos, sementara limbah bukan organik diolah oleh BJSC community.

"Penyusutan anggaran bisa terjadi karena biaya transportasi truk pembawa sampah bisa dihemat, pasar tak lagi kumuh dan bau," kata Chalid, Selasa (17/11/2015).

"Sedangkan pedagang memiliki penghasilan dari sampah yang ditabung ke BJSC Community, nantinya hasil tabungan bisa digunakan untuk membayar retribusi dan membeli bahan pokok yang dijual dengan harga murah oleh BJSC community," tandas Chalid.

Sementara, Fendik Edi Sutrisno selaku Ketua Program Waste Trade Center atau BJSC Community menegaskan bahwa tujuan utama mereka adalah menjadikan kota Surabaya menjadi kota tanpa sampah.

"Semua jenis sampah kami kelola dengan tujuan awal adalah agar volume sampah tidak terlalu banyak ketika dibawa ke tempat pembuangan akhir. Sampah dapur warga juga diolah untuk dijadikan kompos skala kecil untuk digunakan bersama," pungkas Fendik. (Nil/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya