Mencetak Diplomat Ulung PBB ala Mahasiswa Unair

Acara latihan simulasi sidang PBB di Fakultas Kedokteran Unair pun dihadiri puluhan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Jan 2016, 05:23 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2016, 05:23 WIB
Di Sidang Umum PBB, AS dan Rusia Berselisih Atas Nasib Suriah
Di Sidang Umum PBB, AS dan Rusia Berselisih Atas Nasib Suriah (Reuters)

Liputan6.com, Surabaya - Airlangga Model United Nations (AirMUN Club) -- komunitas mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang hobi mengikuti simulasi sidang PBB -- menggelar Airlangga School of Diplomacy (ASD) atau Sekolah Diplomasi Unair pada 9-10 Januari 2016.

"Acara latihan simulasi sidang PBB di Fakultas Kedokteran Unair itu dihadiri puluhan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Bontang, Bali, Manado, dan Pontianak," ucap Chief of Committee dan Organizing Committee ASD 2016 Ahmad Dzulfuqar Adi di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu 9 Januari 2016, seperti dikutip Antara.

Dalam pelatihan bertajuk 'Memahami Dunia Diplomasi dan Globalisasi Bagi Generasi Muda' itu, ia menjelaskan Model United Nations (MUN) atau yang biasa dikenal dengan simulasi sidang PBB merupakan salah satu sarana efektif untuk melatih kemampuan debat, diplomasi, dan negosiasi bagi calon diplomat.

"Sekolah Diplomasi yang mengadopsi konsep MUN itu mengundang Prof Dr Makarim Wibisono, MA-IS., MA, selaku Guru Besar bidang Hubungan Internasional FISIP Unair, dan Christina Zema selaku perwakilan AIESEC Surabaya pada hari pertama," beber Ahmad Dzulfuqar.

Mantan Duta Besar RI untuk PBB itu mengatakan dukungan masyarakat internasional ini penting bagi diplomat dalam melakukan diplomasi dalam multilateral diplomacy.

"Dengan hal itu, maka diplomat dan negosiator dari negara lain akan dapat menerima dan yakin dengan pemikiran dari perwakilan sebuah negara tersebut," ujar Ahmad Dzulfuqar.

Pada hari kedua, peserta diajak untuk melakukan simulasi sidang PBB yang berkutat pada bagaimana mengaplikasikan 'problem solving skills' yang tidak terlepas dari permasalahan isu-isu global.

Dalam simulasi sidang ini, para peserta akan dibagi menjadi dua komite, yaitu Komite A yang berperan sebagai Komite Sosial, Budaya dan Kemanusiaan akan membahas mengenai krisis pengungsi di Suriah.

Untuk Komite B berperan sebagai UNICEF yang akan membahas mengenai pernikahan pada usia dini. Informasi dan wawasan yang para peserta terima di hari sebelumnya akan diterapkan secara langsung dalam simulasi berikut.

"Kegiatan ASD ini bertujuan untuk menyebarkan the sense of diplomacy agar semakin banyak generasi muda bergabung untuk menyelesaikan masalah-masalah global," tutur dia.

Sehari sebelumnya, Pusat Studi Kebumian Bencana dan Perubahan Iklim (PSKBPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) bekerja sama dengan Jurusan Teknik Geofisika dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengda Jawa Timur mengadakan seminar bertajuk 'Bencana dan Punahnya Peradaban'.

Dalam seminar oleh pusat studi di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITS itu disebutkan bahwa manusia mempunyai satu ibu yang hidup sekitar 160.000 tahun yang lalu yang dimulai di Afrika Tengah dan bermigrasi ke berbagai arah salah satunya ke Indonesia sejak 80.000 tahun yang lalu.

Tapi, 75.000 tahun sebelum Masehi (SM) terjadi letusan Gunung Toba yang menyebabkan musnahnya sebagian besar populasi makhluk pada saat itu. Setelah 75.000 tahun itu, manusia Indonesia menyebar ke seluruh dunia, mulai dari Asia, Australia, Eropa, Amerika dan Amerika Selatan. (Nda)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya