Ngelawang Barong Bangkung, Ngamen Asyik Anak Bali Usai Galungan

Kegiatan 'ngamen' yang hanya bisa dilakukan anak-anak itu bermakna mendalam bagi umat Hindu.

oleh Dewi Divianta diperbarui 12 Feb 2016, 10:52 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2016, 10:52 WIB
Ngelawang Barong Bangkung, Ngamen Asyik Anak Bali Usai Galungan
Kegiatan 'ngamen' yang hanya bisa dilakukan anak-anak itu bermakna mendalam bagi umat Hindu. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Denpasar - Perayaan Galungan sudah usai, tapi masih ada prosesi lanjutan yang dilakoni umat Hindu di Bali bernama Manis Galungan. Proses itu dilakukan sehari setelah Galungan. Pada hari itu, umat Hindu akan melancong atau berpiknik bersama keluarganya.

Namun, bukan hanya momen melancong yang membuat anak-anak Hindu di Bali menantikan hari itu. Mereka tak sabar menunggu Manis Galungan karena bisa 'ngamen' dari satu rumah ke rumah lainnya sambil menari dengan mengenakan Barong Bangkung.

"Tarian barong ini untuk ngelawang (keliling) mengitari banjar (desa) dari rumah ke rumah warga lainnya," kata Mangku Paksi, tokoh agama Hindu asal Denpasar kepada Liputan6.com, Kamis, 11 Februari 2016.


Mangku Paksi menyatakan kegiatan 'ngamen' yang hanya bisa dilakukan anak-anak itu bermakna mendalam bagi umat Hindu. Tujuannya tidak hanya untuk menciptakan kegembiraan, tetapi juga untuk membersihkan hal buruk di lingkungan tempat tinggal mereka.

"Ada filosofinya, untuk tujuan kegembiraan dan membersihkan hal buruk di areal kita. Hanya anak-anak yang memang melakukan ini," ujar Mangku Paksi.

Menurut Mangku Paksi, saat melakukan Ngelawang Barong Bangkung, anak-anak akan diberikan uang dari warga sekitar yang mereka datangi. Besarannya sukarela tergantung penilaian warga atas kreativitas mereka.

"Karena tidak mungkin dalam waktu satu hari anak-anak itu bisa mendatangi rumah-rumah warga se-banjar (desa). Hal ini (Ngelawang Barong) akan dilakukan selama tiga hari ke depan," kata Mangku Paksi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya