Hari Air Sedunia, Melepas Ikan Meruwat Kali Surabaya

Kondisi pencemaran Kali Surabaya baru turun 20 persen. Limbah rumah tangga menjadi penyebab terbesar kali Surabaya terkena pencemaran.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 22 Mar 2016, 23:00 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2016, 23:00 WIB
20160322-Kali Surabaya
Melepas ikan meruwat Kali Surabaya (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Pada peringatan Hari Air Sedunia, Konsorsium Lingkungan Hidup (KLH) Jawa Timur mengadakan ruwatan Kali Surabaya dengan cara melepas 50 ribu benih ikan.

Direktur KLH Jatim Imam Rohani menyebutkan 50 ribu benih ikan tersebut terdiri dari ikan jenis bader, ikan keting, dan ikan wader. Kegiatan ini sebagai upaya menumbuhkan ekosistem biota sungai, sekaligus bentuk ruwatan.

"Kita ini hanya mampu mengurangi pencemaran, menghilangkan belum bisa. Ini fluktuasi, kali Surabaya ini mau tidak mau, diakui atau tidak ini adalah sumber bahan baku air minum kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo," tutur Imam di Surabaya, Selasa (22/3/2016).

Sampai sekarang kondisi pencemaran itu turun hanya 20 persen. Imam menjelaskan bahwa limbah rumah tangga menjadi penyebab terbesar kali Surabaya terkena pencemaran.

Berbagai strategi dilakukan agar pencemaran yang ada dapat ditekan, termasuk salah satunya membuat pipa komunal, dan sering melakukan pengawasan dengan menerjunkan tim.

"Memang ini saling berkesinambungan ya, antara pengambil kebijakan dengan masyarakat. Kami juga optimalkan "Jogo Kali" dengan patroli airnya, untuk memantau pencemaran di Sungai Surabaya," jelas Imam.

Dari data Konsorsium Lingkungan Hidup, kali Surabaya membutuhkan sedikitnya 88 IPAL (Instalasi Pengelolaha  Air Limbah) komunal untuk mengolah limbah domestik. Saat ini IPAL komunal baru dibangun 16 unit saja.

"Itu berarti kali Surabaya masih membutuhkan 72 unit IPAL komunal," tandas Imam.

Kepala Divisi Jasa ASA II Perum Jasa Tirta I, M Taufiqurrahman menambahkan bahwa Perum Jasa Tirta I  juga mengambil peranan penting untuk menjaga kali Surabaya.

Selain pemasangan pemantauan kualitas air real time, pemantauan elevasi muka air pada beberapa titik dari hulu sampai hilir juga dilakukan.

"Hulu ada di  pintu air Mlirip, di tengah (stasiun perning) dan hilir (pintu air hujung sari, pintu air wonokromo, dan pintu air jagir). Kita ada beberapa kegiatan konservasi dan pemantauan," kata Taufiqurrahman.

Taufiqurrahman menegaskan bahwa bentuk pengawasan lainnya di Kali Surabaya yang sudah dilakukan yakni patroli air yang digagas Perum jasa Tirtu I bersama BLH Provinsi Jawa Timur, dibantu elemen masyarakat.

Selain limbah domestik rumah tangga. Pencemaran kali Surabaya juga disebabkan ulah perusahaan yang membuang limbah, sehingga membuat kualitas air sungai menurun.

"Jika merujuk data pencemaran sungai 60 persen disumbang limbah domestik, 30 persen limbah industri dan sisanya campuran," tandas Taufiqurrahman.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya