Liputan6.com, Jakarta - Pangeran Diponegoro sungguh legendaris. Perlawanan sang pangeran sangat merepotkan penjajah Belanda. Perang Diponegoro adalah perang besar dan menyeluruh dalam kurun lima tahun, yakni 1825-1830.
Perang Diponegoro adalah salah satu pertempuran terbesar Belanda selama menjajah Nusantara. Peperangan ini mencakup seluruh wilayah Jawa, maka disebut juga Perang Jawa.
Pangeran Diponegoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785, dengan nama kecil Bendoro Raden Mas Ontowiryo. Ia meninggal di pengasingannya di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 8 Januari 1855. Namun, jejak dan semangatnya tidak mati.
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati
(Chairil Anwar)
Baca Juga
Kepada Liputan6.com, Peter Carey, sejarawan Universitas Oxford, menceritakan awal mula ketertarikannya terhadap Pangeran Diponegoro adalah saat dia mencari referensi penulisan Revolusi Prancis saat menjadi mahasiswa muda. Ketika membongkar arsip dan pustaka, matanya bersirobok dengan lukisan sosok Diponegoro yang "mistis dan magis."
Advertisement
Hingga kini Peter Carey telah meneliti Diponegoro selama 30 tahun lebih. Berikut foto-foto ilustrasi dan lukisan Pangeran Diponegoro yang dikoleksi Peter Carey.
Foto pelana kuda Pangeran Diponegoro
Foto lukisan Pangeran Diponegoro menyaksikan putranya mengkaji mistik Islam.
Foto lukisan Pangeran Diponegoro berperang.
Foto lukisan Pangeran Diponegoro negosiasi dengan pihak Belanda.
Foto salah satu pusaka Pangeran Diponegoro.
Foto ilustrasi Pangeran Diponegoro menempeleng bawahannya, Patih Danurejo, karena korupsi perihal penyewaan tanah.
Foto ilustrasi Pangeran Diponegoro tiba di pengasingan di Sulawesi.