Air Mata dan Fenomena Gaib Iringi Kepergian Buaya Peliharaan

Pemilik dan warga terharu saat buaya peliharaan diambil BKSDA.

oleh Liputan6 diperbarui 05 Mei 2016, 08:07 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2016, 08:07 WIB
Buaya bekatak
Buaya bekatak peliharaan Safaruddin akhirnya diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. (Liputan6.com/Raden AMP)

Liputan6.com, Pekanbaru - Evakuasi buaya muara berukuran sekitar tiga meter peliharaan warga Dumai oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau meninggalkan kesedihan mendalam bagi pemilik dan masyarakat sekitar.

Salah satu pemilik buaya itu, Aini, mengaku sangat sedih karena harus berpisah dengan hewan reptil tersebut yang sudah dianggap jadi bagian keluarganya. Sebelumnya dia mengurung buaya yang diberi nama Amad ini di bagian samping rumah di Gang Wakaf Jalan Pemuda Kecamatan Dumai Barat, Riau.

"Dia sejak kecil kami besarkan dan sudah kebiasaan setiap pagi diberi makan ikan busuk, tapi mulai besok Amad tidak lagi di sini karena dipindahkan, terus terang saya merasa kehilangan anggota keluarga," kata Aini di Dumai, dilansir Antara, Rabu 4 Mei 2016.

Ia terlihat menangis dan mengaku sangat terpukul dengan pemindahan buaya yang telah dipelihara almarhum orang tuanya sejak tahun 1993 tersebut. Ia juga sempat syok dan hilang kesadaran diduga kerasukan, namun cepat disadarkan oleh Zulkarnaen, adiknya.

Kesedihan Ani makin memuncak dan tak dapat menahan tangis ketika buaya diangkat dan siap dikirim ke lokasi penangkaran baru di Kebun Binatang Kasang Kulim, Kota Pekanbaru dalam keadaan mulut dan kaki terikat serta mata ditutupi kain.

Setelah buaya yang diperkirakan berusia 23 tahun ini sudah dinaikkan ke atas mobil bak terbuka, Aini dengan ditemani adik Zulkarnaen mendekati Amad dan memegang ekor hewan tersebut untuk terakhir kali, dan diduga lagi dia dalam keadaan kembali dirasuki makhluk gaib.

Sedangkan adiknya, Zulkarnaen mengaku juga sangat sedih karena buaya peliharaan keluarga dipindahkan sehingga mereka tidak dapat lagi merawat.

Namun dia berharap Amad dapat melanjutkan hidup di lokasi penangkaran baru secara layak dan normal.

"Rasanya campur aduk, ada sedih karena tidak ada lagi Amad, tapi senang juga dia akan hidup normal di tempat baru, dan lebih baik dibanding di kandang yang sempit seperti sekarang," ujar dia.

Proses evakuasi biaya yang berlangsung sekitar dua jam itu disaksikan banyak warga setempat. Sebagian warga juga merasa kehilangan karena sudah menganggap Amad salah satu penghuni di lingkungan permukiman padat tersebut.

"Kami sudah biasa dengan kehadiran Amad dan memang sejak ditinggal pergi almarhum Imran, warga di sini agak khawatir jika dia lepas dari kurungan," kata seorang warga setempat.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV BBKSDA Riau Muhammad Zanir menjelaskan, evakuasi buaya dilakukan berdasarkan permintaan warga pemilik karena tidak sanggup lagi merawat hewan itu sejak orang tuanya Muhammad Imran wafat pada pertengahan 2015 silam.

"Kami agak kewalahan mengangkat buaya ini karena sempat stres dan berontak, tapi tetap diusahakan evakuasi tidak sampai melukai hewan tersebut," kata Zanir.

Dia mengakui proses evakuasi agak terlambat dilakukan akibat terkendala anggaran dan butuh waktu pemindahan, namun baru dapat terlaksana setelah mendapat arahan dari Kepala BBKSDA Riau Tandia Cahyana.

Pihak BBKSDA Riau selanjutnya akan membawa buaya ini ke Kebun Binatang Kasang Kulim di Pekanbaru, karena tidak memiliki lokasi penangkaran sendiri dan lokasi itu dinilai sebagai tempat yang tepat untuk pertumbuhan lebih layak dan normal.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya