Gunungan Grebeg Syawal Keraton Yogya Jatuh, Isyarat Apa?

Insiden gunungan jatuh saat Grebeg Syawal Keraton Yogya jatuh baru kali ini terjadi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 07 Jul 2016, 13:37 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2016, 13:37 WIB
Grebeg Syawal
Sejumlah abdi dalem mengikuti prosesi numplak wajik di keraton Kesultanan Yogyakarta, (4/7).Numplak wajik di selenggrakan untuk memulai proses pembuatan Gunungan yang akan di perebutkan pada hari raya idul fitri.(Boy Harjanto)

Liputan6.com, Yogyakarta - Salah satu gunungan wadon yang berisi wajik dalam perhelatan Grebeg Syawal 1437 H Keraton Yogyakarta jatuh saat diarak menuju Masjid Gede Kauman, Kamis (7/7/2016) siang. Hal itu terjadi karena salah satu abdi dalem Konco Gladhag yang mengusung gunungan diduga terpeleset saat menuruni tangga regol menuju Ngejaman.

Beruntung, gunungan tidak rusak dan masih bisa diperebutkan oleh ribuan warga yang sudah menanti acara tersebut sejak pagi hari. "Gunungan jatuh seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Manggala Yuda atau pemimpin prajurit Kraton Yogyakarta, GBPH Yudhaningrat, di Yogyakarta, Kamis (7/7/2016).

Dia merasa ada sesuatu yang tidak wajar dari insiden itu. Bisa jadi itu pertanda ritual tidak sinkron dengan alam. "Kalau tidak pas ya mesti gitu, semacam pertanda alam tidak menerima," ujarnya. Bisa jadi tidak pas dari sudut agama dan budaya.

Menurut dia kejadian tak wajar di ritual-ritual besar sering terjadi akhir-akhir ini, seperti labuhan di Laut Selatan yang barang-barangnya kembali ke darat.

Dalam upacara Grebeg Syawal, Keraton Yogyakarta mengeluarkan tujuh gunungan. Satu gunungan diantar ke Puro Pakualaman, satu diantar ke Kepatihan, dan lima lainnya dibawa ke Masjid Gede Kauman untuk diperebutkan. Gunungan tersebut berisi hasil bumi seperti sayur dan umbi-umbian serta wajik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya