Gawat, Bojonegoro Kekurangan Salak

Diperkirakan, penurunan produksi salak mencapai 80 persen.

oleh Liputan6 diperbarui 25 Agu 2016, 06:06 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2016, 06:06 WIB
Pelajar Barjarnegara Sulap Biji Salak Jadi Energi Alternatif
Foto: Biji Salak (Shutterstock)

Liputan6.com, Bojonegoro - Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur mengalami kekurangan salak. Sejumlah desa di Kecamatan Kapas yang menjadi sentra penghasil salak mengalami penurunan produksi selama beberapa bulan terakhir.

Ketua Badan Kerja Sama Antardesa (BKSA) Tanjung Dinar di Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro Tjatur Prasetiyo mengatakan, penurunan produksi salak ini disebabkan oleh iklim yang tidak menentu.

"Akibat produksi salak langka maka kegiatan agropolitan salak menjadi tersendat," kata Tjatur, seperti dikutip dari Antara, Rabu (24/8/2016).

Dia memperkirakan, penurunan produksi salak di Desa Tanjungharjo, Wedi, dan Kalianyar, Kecamatan Kapas menurun hingga sekitar 80 persen dibandingkan kondisi normal. Seperti disampaikan pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Salak Manis Desa Tanjungharjo, Nanik Nurfikiyah.

"Pada Juni, Juli, dan Agustus seharusnya ada penen salak. Tapi sekarang ini produksi salak sangat minim sekali," kata Nanik.

Es Krim Salak

Padahal, menurut dia, jajarannya sudah berhasil mengembangkan 21 jenis kuliner salak. Antara lain, serabi salak, kopi salak, hingga es krim salak. "Ya produksi kuliner berhenti karena tidak bisa memperoleh bahan salak, termasuk isi salak yang dimanfaatkan untuk kopi salak," tutur dia.

Dia menjelaskan, pengunjung dari wisatawan domestik (wisdom), terutama dari kalangan pelajar, yang datang mulai ramai setelah agropolitan salak di Desa Tanjungharjo, diluncurkan November 2015.

Pengunjung bisa masuk ke kebun salak dengan membayar karcis masuk Rp 5.000 per orang, dengan tambahan bonus minum es krim salak dan bisa memetik salak satu buah.

Kepala Desa Tanjungharjo, Kecamatan Kapas, Bojonegoro Suyono, membenarkan pengembangan agropolitan salak di desanya terhambat bahan karena tiga desa penghasil salak produksinya menurun dalam beberapa bulan terakhir.

"Tapi kami tetap mendorong pengembangan agropolitan salak tetap berjalan," ucap Suyono.

Ia menambahkan, di desanya sebagian besar warga menanam salak dengan luas tanaman mencapai 114,16 hektare. "Di Desa Wedi dan Kalianyar juga sama, hampir sebagian besar warga memiliki pohon salak di pekarangannya," tutur Suyono.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya