Desa Peduli Pagari Calon Korban Sindikat Calo TKI

Sebanyak enam desa peduli buruh migran diresmikan di Lembata, NTT.

oleh Harun Mahbub diperbarui 01 Sep 2016, 20:40 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 20:40 WIB
20160501-May-Day-Buruh-Migran-Jakarta
(Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Liputan6.com, Lembata – Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri meresmikan enam desa sebagai desa peduli buruh migran (Desbumi) di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang menjadi basis buruh migran.

Keenam desa tersebut adalah Desa Tagawiti, Desa Beutaran, Desa Dulitukan yang berada di Kecamatan Ili Ape, Desa Lamatokan, Desa Lamawolo dan Desa Bao Lali Duli di Kecamatan Iliape Timur.  

"Penetapan desa peduli buruh migran adalah bentuk kepedulian pemerintah dan para stakeholder dalam upaya memperbaiki nasib dan perlindungan kepada buruh migran," kata Hanif saat menghadiri peresmian di Desa Tagawiti, Lembata, Selasa 30 Agstus 2016.

Hanif menyatakan penanganan buruh migran bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Masyarakat dan swasta semestinya berpartisipasi dalam persoalan itu.

Untuk itu, YKS, Migrant Care dan MAMPU ikut memprakarsai pembentukan desa peduli buruh migran. Menurut Pelaksana Program YKS, Mansetus Balawala, ada 14 hal yang harus dipenuhi sebuah desa agar disebut sebagai desa peduli buruh migran.

Di antaranya, memiliki peraturan desa tentang buruh migran, memiliki data buruh migran, sistem informasi buruh migran berbasis internet, informasi pengaduan dan penyelesaian, menyediakan paralegal, pelayanan dokumen calon buruh migran, program pemberdayaan masyarakat, dan pelatihan remitansi.

"Desa juga harus punya skema sistem rujukan jika ada warganya yang mengalami masalah di negara tempat bekerja. Juga skema rehabilitasi bagi TKI yang tersangkut masalah," kata Mansetus.

Desa peduli buruh migran juga diadvokasi dengan pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat agar mereka bisa menciptakan produk unggulan yang bernilai ekonomi. Dengan begitu, keinginan warga untuk mencari penghidupan dengan menjadi TKI bisa dialihkan ke upaya produktif tersebut.

Di Desa Tagawiti, misalnya, memiliki produk unggulan tenun ikat dan kopi, Desa Beutaran menghasilkan kripik pisang, madu, tenun ikat, dan Desa Dulitukan menghasilkan kripik jagung. Ada pula yang memiliki produk unggulan beras jagung dan ikan asin.

Menurut Direktur Migrant Care, Anis Hidayah, Negara harus mendukung prakarsa melindungi buruh migran dari kampung halaman. "Desa peduli buruh migran diharapkan menjadi pagar pelindung bagi warga desa dari percaloan dan sindikat perdagangan manusia yang bergerilya hingga ke desa," ujar Anis.

Sebelumnya, desa peduli buruh migran juga telah tetapkan di Lombok Tengah NTB (enam desa), Wonosobo Jawa Tengah (10 desa), Kebumen Jawa Tengah (dua desa), Cilacap Jawa Tengah (satu desa), Jember Jawa Timur (dua desa), dan Banyuwangi Jawa Timur (enam desa).

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya