Liputan6.com, Denpasar - Pak Ogah, itulah sebutan populer untuk seorang relawan lalu lintas di Bali. Sudah empat tahun terakhir dia malang melintang di jalanan Denpasar, Tabanan, Karangasem, bahkan Klungkung.
Pak Ogah membantu para polisi lalu lintas di Bali tanpa mengharap imbalan apa pun. Pak Ogah lebih sering membantu para pengendara yang kehabisan bensin di tengah jalan. Dia memberikan bensin secara gratis.
Berikut ini tulisan dalam sebuah banner yang dipasang di atas jejeran botol-botol berisi bensin milik Pak Ogah.
Advertisement
'Silakan ambil, tidak perlu izinBENSIN GRATIS- Hanya untuk kendaraan yang kehabisan bensin, bukan untuk menambah tanki yang masih ada bensinnya.- Satu kendaraan = satu botol- Jangan serakah- Kembalikan botol + penutup + corong ke tempatnya semula- Berbagi tidak akan pernah membuat jatuh miskin, berbagi dalam kondisi mampu itu adalah BIASA, namun berbagi dalam kondisi kekurangan adalah LUAR BIASA. www.pakogah.com.
Baca Juga
Namun, kini publik Bali bakal kehilangan Pak Ogah. Pasalnya, pria yang akrab dengan kupluk lusuhnya itu sudah pergi meninggalkan Bali sejak 22 September 2016 lalu.
Malam sebelum pergi meninggalkan Pulau Dewata, dia berpamitan dengan para pengguna jalanan Denpasar, khususnya di lampu merah Jalan Imam Bonjol, Denpasar. Dengan menggunakan pengeras suara, Pak Ogah berpamitan dan meminta agar setelah dirinya pergi masyarakat Bali selalu patuh di jalan raya, tidak membuang sampah sembarangan, dan menjaga Pulau Bali dengan baik.
"Kalau tidak kalian siapa lagi yang akan menjaga Bali. Saya ini hanya pendatang, yang sewaktu-waktu akan kembali ke kota asal saya," kata Pak Ogah beberapa waktu lalu sebelum meninggalkan Bali.
Saat itu, banyak pengguna jalan yang kebetulan berhenti di lampu merah tersebut kecewa. Mereka mengharapkan Pak Ogah pergi. "Sedih, kok Pak Ogah pergi," ucap pengendara itu.
Sementara, pengendara lainnya tak jauh berbeda mengungkapkan kesedihannya. "Pak Ogah jangan pergi. Nanti siapa yang bantu ngingetin kita lagi di lampu merah ini," ucap pria paruh baya yang menggunakan sepeda motor Vario.
Dalam aksinya, Pak Ogah pernah membuat pagar pembatas di tikungan yang sering terjadi kecelakaan di daerah Tabanan. Menurut Pak Ogah, dirinya mendirikan pagar itu untuk mengingatkan para pengguna jalan untuk lebih berhati-hati.
Hingga kini pagar pembatas yang terbuat dari bambu itu masih berdiri tegak. Menurut warga sekitar, Pak Ogah membuat pagar itu hingga larut malam.
Angga, 22 tahun, asal Tabanan, mengaku melihat aktivitas Pak Ogah saat membuat pagar pembatas dari bambu itu.
"Waktu itu dia membuat pagar itu sampai jam 10 malam, tapi tanggal tepatnya saya lupa. Waktu itu saya melintas dan ingin membantu, tapi saya harus berangkat kerja malam," ucapnya.