Top 3: Tatkala Bujuk Rayu Bupati Purwakarta Tak Mempan pada Yuli

Dari biaya kursus hingga ongkos sehari-hari yang dijanjikan Dedi juga tak membuat Yuli bergeming.

oleh Aris Andrianto Hairil HiarAbramena diperbarui 18 Okt 2016, 21:28 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2016, 21:28 WIB
Top 3: Tatkala Bujuk Rayu Bupati Purwakarta Tak Mempan pada Yuli
Dari biaya kursus hingga ongkos sehari-hari yang dijanjikan Dedi juga tak membuat Yuli bergeming.

Liputan6.com, Sukabumi - Meski semua jurus maut telah dilontarkan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, tetap tak mengubah pendirian seorang gadis 17 tahun asal Kampung Cilangla, Sukabumi, Jawa Barat untuk melanjutkan sekolahnya.

Dari biaya kursus hingga ongkos sehari-hari yang dijanjikan Dedi juga tak membuat Yuli bergeming.

Namun setelah proses yang panjang, Yuli akhirnya mau menuruti permintaan Dedi dan ibunya untuk mengikuti kursus.

Usaha Bupati Dedi untuk membujuk Yuli agar kembali ke sekolah menjadi berita yang paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional, hingga malam ini, Selasa (18/10/2016).

Kabar lainnya yang tak kalah diburu mengenai seorang siswi SMA di Papua yang menceritakan kisah hidupnya hingga menjadi PSK. Dan para perajin bulu mata Katy Perry yang berasal dari Purbalingga.

Berikut berita populer selengkapnya yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Saat Yuli Tolak Bujukan Maut Bupati Dedi

Meski dibujuk berulang kali, Yuli tetap bergeming dan tak mengindahkan iming-iming Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. (Liputan6.com/Abramena)

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ditolak seorang gadis bernama Yulianti (17) asal Kampung Cilangla, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Meski dibujuk berulang kali, Yuli, biasa dia dipanggil, berkukuh tidak ingin melanjutkan sekolah. Padahal, Dedi mengiming-imingi bantuan biaya kursus jahit selama enam bulan.

"Mendingan sakola neng. Nyaah ari teu sakola mah, yuswa neng masih anom. Teu keudah bingung ku biaya. Lamun neng alim sakola, ngiringan kursus atuh nya? (Mendingan terus sekolah dulu neng. Sayang kalau tidak sekolah, usia masih muda. Tidak usah bingung biaya sekolah. Kalau tidak mau ikut kursus saja)," rayu Dedi dengan nada lembut.

"Batur mah hoyong sakola teh. Sok ayeuna mah, upami alim neraskeun sakola, sok kursus. Tingali emak tos nyalira. Itung-itung ngabantos emak. (Orang lain aja mau sekolah, ya udah kalau memang tidak mau sekolah mendingan kursus saja. Lihat ibu sudah sendiri. Hitung-hitung membantu ibu), ucap Dedi.

Selengkapnya...

2. Cerita Semalam Bersama PSK Putih Abu-Abu

Ilustrasi prostitusi

Malam yang hangat di sebuah sudut Kota Ternate, Maluku Utara, awal Oktober lalu. Di sebuah teras rumah di jalan utama, beberapa remaja putri yang umurnya kira-kira sebaya anak SMA duduk memantau pengendara yang melintas.

Seorang remaja putri menghampiri Liputan6.com.

"Hendak ke mana, menunggu siapa?"

"Sedang menunggu teman. Arahnya ke sini."

"Apakah Om punya rokok?" kata Sisca, sebut saja begitu.

Sebatang rokok diambil. Ia kemudian membakar dan mengeluarkan asapnya.

"Om beli minuman kaa," kata dia sambil mengembuskan asap rokoknya lagi.

Sisca lalu mengatakan dirinya sedang stres. Mungkin minuman keras dapat melepaskan kepenatannya. "Cap Tikus, om," ucap Sisca.

Siswi kelas dua sekolah menengah atas (SMA) itu menceritakan apa yang dialami dalam kehidupan keluarganya. Sisca yang baru menginjak anak baru gede atau ABG tersebut, kini tinggal bersama neneknya, ibu dari mamanya yang telah berpisah dengan ayah kandungnya.

Keretakan hubungan orang tua sejak dirinya masih di bangku SMP kelas tiga, Sisca pun mulai menjamah dunia malam.

Malam itu, Sisca telah mengencani dua pria hidung belang dengan tarif Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta.

Selengkapnya...

3. Ada Keringat Buruh Purbalingga di Bulu Mata Katy Perry

Ribuan wanita Purbalingga memproduksi bulu mata standar internasional (Liputan6.com / Aris Andrianto)

Apa yang dilakukan Siyah dan Kadirah hanyalah tahap pertama dari sejumlah tahap agar bulu mata bisa dipakai. Tahap berikutnya adalah menyortir, mewarnai, membentuk, hingga pengepakan.

Setiap hari ia ditarget 12 bulu mata oleh pengepul. Siyah sudah 15 tahun
menjadi buruh plasma bulu mata palsu. Berbeda dengan karyawan pabrik, buruh seperti Siyah ini membuat bulu mata di rumahnya.

Dari pengepul inilah kemudian diserahkan ke pabrik bulu mata yang sebagian besar milik pengusaha Korea Selatan.

Berbeda dengan Siyah, Kadirah (28) berani mengambil target 17 helai sehari. Ia menjadi pengidep atau menganyam satu demi satu helai rambut menjadi bulu mata untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Tak ada BPJS Kesehatan dan Tenaga Kerja yang diberikan oleh perusahaan. Bahkan, seringkali bulu mata itu dikembalikan oleh penyortir dan tanpa mendapat bayaran.

"Tergantung mood si penyortir, kalau lagi baik ya diterima semua," ujar dia.

Produksi bulu mata Purbalingga setiap tahunnya mencapai 10 juta pasang. Nilai ekspornya hampir mencapai Rp 1 triliun setiap tahun.

Presiden Direktur PT Bintang Mas Triyasa, Audrie Sukoco mengatakan, produk bulu mata Purbalingga sudah menjadi langganan selebritas Hollywood mulai dari era Madonna hingga masa kini, Katy Perry.

Selengkapnya...

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya