Kemunculan Belalai Air Diawali Awan Gelap

Fenomena waterspout atau belalai air di tengah laut menjulang ke awan hitam sering terjadi di berbagai wilayah tepi pantai

oleh Zainul Arifin diperbarui 05 Des 2016, 18:30 WIB
Diterbitkan 05 Des 2016, 18:30 WIB
Ilustrasi Belalai Air
Ilustrasi belalai air di lautan

Liputan6.com, Malang - Fenomena alam berupa belalai air atau waterspout dilaporkan sering terjadi di berbagai wilayah tepi pantai. Belalai air merupakan angin puting beliung yang terjadi di perairan pantai maupun di tengah laut lepas.

Sebelumnya, belalai air yang ditandai dengan pusaran air menjulang ke awan hitam di langit dilaporkan terjadi di perairan wilayah Probolinggo, Jawa Timur, Jumat 2 Desember lalu. Nelayan atau pun masyarakat yang tinggal di pesisir pantai mengaku sering kali melihat fenomena itu.

Nelayan di Pantai Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang, Jawa Timur, menyebut fenomena waterspout itu sebagai ulur–ulur. Fenomena itu tak hanya dijumpai di tengah laut saja, di tepi pantai juga sering terlihat.

“Masyarakat kami menyebutnya ulur–ulur. Kalau muncul itu, nelayan selalu berteriak ke arah ulur–ulur itu agar cepat hilang. Biasanya berlangsung sampai 15 menit,” kata seorang nelayan Tambakrejo, Budi Hari, Senin (5/12/2016)

Fenomena itu sering muncul saat cuaca buruk. Gejala kemunculannya ditandai dengan awan gelap dan tebal serta angin kencang seperti hendak hujan lebat. Beruntung selama ini tak pernah ada korban jiwa akibat waterspout itu meski bertepatan nelayan tengah berada di tengah laut.

“Kalau muncul ulur–ulur itu ya kami milih menjauh, selama ini tak pernah ada korban atau sampai membuat perahu nelayan terhempas,” tutur Budi.

Fenomena waterspout ini juga dilaporkan terjadi di bebagai wilayah. Masyarakat yang berkunjung ke Pantai Boom Banyuwangi, Jawa Timur, menyaksikan fenomena itu pada Rabu 17 Februari 2016.

Belalai air itu tampak jelas di Selat Bali dengan tiga pusaran air menjulang tinggi ke angkasa. Belalai air bergerak selama hampir 10 menit.

Belalai Air dan Puting Beliung

20160805-Badai-Earl-AS-Reuters
Sejumlah pohon menahan terjangan angin topan akibat Badai Earl di Kota Belize, Belize, (4/8). Badai Earl membawa angin kecepatan 130 km per jam. (REUTERS/Luis Echeverria)

Waterspout juga pernah dilaporkan terjadi di kawasan Pantai Melawai Balikpapan pada 7 Mei 2016. Pemilik akun jejaring sosial Facebook bernama Guntur Akbar sempat mengabadikan fenomena itu. Ia mengunggah video itu ke lama facebook miliknya. Dalam video berdurasi 2 menit 06 detik itu pusaran angin seperti bentuk piramida terbalik berputar dari permukaan air laut menjulang ke awan gelap.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, Jawa Timur, menyebut fenomena waterspout adalah normal terjadi di musim penghujan seperti saat ini. Itu disebabkan adanya awan cumulonimbus atau kumpulan awan hitam di langit.

“Efeknya pusaran air tersedot ke atas menuju awan hitam itu,” Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso, Malang, kata Hartanto.

Ia menambahkan, waterspout sama dengan puting beliung. Pembedanya, waterspout terjadi di perairan dengan ditandai naiknya pusaran air berbentuk seperti belalai menuju awan hitam di langit. Sedangkan puting beliung terjadi di daratan dengan kekuatan bisa lebih besar lagi.

Hartanto juga menegaskan waterspout ini bukan jenis tornado. Sebab, daya jangkau waterspout atau bergeraknya pusaran angin hanya dalam radius ratusan meter. Sedangkan tornado bisa lebih jauh lagi, mencapai ratusan kilometer.

“Kalau dalam skala nol sampai lima, waterspout itu skala nol yang kecil. Sedangkan tornado itu skala empat sampai lima. Indonesia itu tropis, kecil kemungkinan terjadi tornado,” tegas Hartanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya