Pelajaran Penting dari Gempa Aceh Menurut Peneliti UGM

Meski puncak gempa Aceh sudah berlalu, gempa susulan tetap berpotensi membahayakan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 08 Des 2016, 09:33 WIB
Diterbitkan 08 Des 2016, 09:33 WIB
20161207- Kondisi Masjid di Aceh Usai Dihantam Gempa-Reuters-AFP Photo
Seorang bocah berjalan melewati sebuah masjid yang rusak usai gempa di Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/11). Selain meruntuhkan bangunan, gempa bumi berkuatan 6,4 SR ini telah menelan banyak korban jiwa. (AFP PHOTO / Chaideer Mahyuddin)

Liputan6.com, Yogyakarta - Pakar gempa UGM, Gayatri Indah Marliyani, menilai guncangan gempa Aceh karena di wilayah dekat pusat gempa tersusun batuan yang tidak kompak.

Ia menjelaskan gelombang gempa merambat lebih cepat pada batuan kompak dan melambat ketika melewati batuan yang lepas-lepas.

"Ketika melewati daerah dengan batuan yang lepas-lepas, amplitudo gelombang gempa akan membesar untuk bisa merambatkan energi yang sama. Sehingga getaran yang dirasakan pada daerah ini lebih kuat dan getaran ini juga bisa menimbulkan longsoran," ujar Gayatri, Rabu, 7 Desember 2016.

Seperti yang diketahui, gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) mengguncang wilayah Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu, 6 Desember 2016 pukul 05.03 WIB. Gempa berpusat di darat pada koordinat 5,19° LU dan 96,38 BT dengan kedalaman 10 kilometer.

Peneliti UGM itu mengungkapkan, gempa bumi yang terjadi di Pidie merupakan dampak dari aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut. Pergerakan sesar aktif yang terjadi bersifat mendatar dan dekstral (menganan).

Sesar aktif yang bergerak di Pidie Jaya ini, tutur dia, merupakan cabang dari sesar Sumatera di bagian utara. Sesar ini berorientasi barat laut-tenggara. Gempa ini terjadi karena pengaruh dari pergerakan sesar yang sudah ada tapi belum terpetakan sebelumnya.

Menurut Gayatri, pergerakan sesar yang bersifat mendatar dan terjadi di kedalaman yang dangkal, membuat gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Namun, gempa ini bersifat merusak karena kedalamannya yang dangkal dan terjadi di kawasan permukiman padat penduduk.

Meskipun demikian, ia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan mengantisipasi kejadian gempa susulan.

"Walapun gempa susulan yang terjadi memiliki kekuatan yang lebih kecil dan akan terus menurun, tetapi tetap harus memeriksa kondisi bangunan karena jika bangunan sudah rusak atau retak parah, getaran gempa yang kecil pun mampu merobohkan bangunan," ucap Gayatri.

Ia juga menekankan pentingnya upaya mitigasi bencana gempa. Salah satunya memetakan jalur sesar atau patahan aktif di seluruh kawasan Indonesia, terutama di kawasan padat penduduk atau perkotaan. Indikasi sesar aktif adalah adanya kegempaan di daerah sesar tersebut.

"Ketika sesar bergerak dan menimbulkan gempa, sesar ini akan cenderung bergerak lagi di masa yang akan datang," kata Gayatri.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya