Luka Aceh Luka Kita, Ditunggu Puisimu

Puisi-puisi untuk Aceh ditunggu sampai akhir Desember untuk dibukukan.

oleh Harun Mahbub diperbarui 13 Des 2016, 11:30 WIB
Diterbitkan 13 Des 2016, 11:30 WIB
Gempa Aceh
Puisi untuk Aceh

Liputan6.com, Jakarta - Kalangan sastrawan Indonesia menggagas pengumpulan puisi-puisi dari penyair dan penulis tentang gempa Aceh. Puisi-puisi itu akan dibukukan secara gotong royong dan diluncurkan Februari 2016 di Jakarta dan Aceh.

"Ini bentuk simpati dan tanda cinta Indonesia terhadap saudara-saudara kita di Aceh," kata Willy Ana, penyair asal Bengkulu, yang menggagas dan mengkordinatori pengumpulan puisi-puisi itu, dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa (13/12/2016).

Willy menyatakan siapa pun dipersilakan untuk mengirim puisi. Buku ini tanpa kurasi yang ketat. "Tugas kami hanya menyusun dan mengemas puisi-puisi itu menjadi buku," ujar Willy.

Alasannya, siapa pun bisa menyampaikan tanda simpati dan cinta terhadap korban gempa Aceh. "Luka Aceh adalah luka kita semua."

Willy menjelaskan puisi-puisi itu beserta biodata singkat dapat dikirimkan ke pos elektronik: puisiwilly@gmail.com. Puisi ditunggu hingga akhir Desember 2016.

"Penerbitan secara gotong royong ini caranya para penulis nanti diharapkan membeli buku itu minimal satu," tutur Willy.

Harga buku belum ditentukan karena masih melihat jumlah puisi yang masuk yang tentu saja mempengaruhi ketebalan buku.

Penyair asal Aceh, Mustafa Ismail, mengapresiasi semua pihak yang turut merasakan luka Aceh. "Apa yang dilakukan teman-teman sastrawan begitu mengharukan," ujar Mustafa yang rumahnya di Trienggadeng juga ikut rusak diterjang gempa.

Mustafa menambahkan, perhatian teman-teman sastra juga diperlihatkan dengan pengumpulan donasi secara spontan oleh para sastrawan yang berada di Grup WhatsApp Ruang Sastra.

"Sebagian dari donasi itu sudah saya salurkan kepada wakil pengungsi gempa di Aceh," ujarnya.

Penyair Fikar W. Eda pun berterima kasih terhadap respons dan simpati para sastrawan Indonesia terhadap peristiwa di Aceh.

"Dulu ketika tsunami, sastrawan juga mengumpulkan puisi dan diterbitkan dalam judul Maha Duka Aceh. Semua dilakukan secara spontan dan tulus," ujar Fikar yang menjadi penyusun buku puisi Maha Duka Aceh itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya