Anak-Anak Korban Gempa Aceh Mulai Rindu Bersekolah

Para siswa sedang menjalani pekan ujian sekolah saat Gempa Aceh terjadi.

oleh Windy Phagta diperbarui 13 Des 2016, 09:02 WIB
Diterbitkan 13 Des 2016, 09:02 WIB
duka-serambi-mekah-5-130707c.jpg
Tak pernah terbayang di benak anak-anak korban gempa Aceh jika mereka akan menghabiskan liburan sekolah ini di tenda-tenda pengungsian. (Liputan6.com/Abdul Aziz Prastowo)

Liputan6.com, Pidie Jaya - Gempa bumi yang menggocang Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu, 7 Desember 2016, bertepatan dengan pelaksanaan hari ketiga ujian sekolah setempat. Rangkaian ujian yang belum tuntas itu membuat sejumlah siswa merindukan sekolah.

"Saya ingin segera sekolah dan lanjutkan ujian setelah gempa kemarin," kata Pasya, siswi kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kecamatan Panteraja, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, dilansir Antara, Selasa (13/12/2016).

Ia mengaku hanya mengingat telah mengerjakan ujian Matematika dan Bahasa Indonesia. Ia lupa sisanya. Namun, ia mengingat deretan mata ujian yang belum sempat dijalaninya.

"Kalau tidak salah, IPS, IPA, Alquran dan Hadits, Bahasa Arab, SKI," kata dia sembari menyatakan kesiapannya jika ujian kembali dilanjutkan.

Menurut Pasya, sekolahnya tidak mengalami kerusakan berarti. "Sekolah saya sendiri tidak rusak hanya retak-retak, tapi diliburkan oleh para guru," kata dia.

Selama menunggu sekolah kembali berjalan, ia menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman-temannya di posko pengungsian. Gempa tektonik 6,5 SR itu masih membuatnya trauma, sehingga ia memilih untuk tinggal di pengungsian.

"Paling mengisi waktu libur, ikut acara mauludan," ujar dia.

Adiknya, Muhammad Ulis, siswa kelas 2 MIN 1 Kecamatan Panteraja, juga menyatakan serupa ingin segera sekolah kembali. Ia sementara ini tinggal di rumah neneknya di Sigli yang memakan waktu sekitar dua jam dari rumahnya di Meureudu karena tidak terdampak gempa bumi.

Untuk menghabiskan waktu, ia lebih banyak bermain bola dengan teman-temannya. "Saya ingin punya bola, Om," kata dia.

Sementara itu, menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke lokasi gempa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pidie Jaya telah membangun sekolah darurat di bawah tenda.

Sekolah darurat tenda itu akan digunakan sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di beberapa lokasi pengungsian, menggantikan sementara sekolah-sekolah yang roboh akibat gempa.

"Kita sudah mendirikan tujuh unit, BPBD dua unit sekolah SMK," ujar Kepala Dinas Pendidikan Pidie Jaya, Saiful Rasyid, Senin, 12 Desember 2016.

BPBD Kabupaten Serdang Berdagai, Sumatera Utara, juga ikut serta mendirikan sekolah darurat di lima titik sekolah yang rusak parah. Kelima titik itu berada di MIN Paru satu unit, SMK Negeri 1 Paru satu unit, dan Kecamatan Bandar Baru dua unit. "Selebihnya, sedang kita survei tempat," ujar Bambang Suherianto, koordinator relawan.

Sementara itu, Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan pihaknya secepat mungkin akan mendirikan tenda-tenda darurat untuk sekolah yang hancur di Pidie Jaya sebagai prioritas utama.

Tenda yang dibangun itu berukuran 12x6 meter yang diperkirakan bisa memuat sekitar 50 siswa lebih. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Pidie Jaya, terdapat 84 sekolah rusak, dan 83 PAUD dan Taman Kanak-Kanak akibat gempa Aceh.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya