Catat, Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Bakal Digelar Lebih Lama

Perpanjangan durasi pekan budaya Tionghoa itu berdasarkan permintaan Sultan HB X.

oleh Yanuar H diperbarui 18 Jan 2017, 18:03 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2017, 18:03 WIB
 Yogyakarta Masih Membutuhkan Banyak Pemandu Wisata
Tingginya minat wisatawan yang datang untuk berlibur ke Yogyakarta tidak diiringi dengan ketersediaan pemandu wisata yang cukup.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) 2017 akan dilaksanakan lebih lama dari tahun tahun sebelumnya. PBTY yang biasa digelar selama lima hari kini digelar selama seminggu penuh.

Lie Sioe Fen, Ketua pelaksana PBTY 2017 mengatakan, tahun ini PBTY digelar dengan beberapa tambahan agenda. Pada tahun ini, Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Yogyakarta juga ikut andil di dalam gelaran itu karena sesuai misi awal, PBTY menonjolkan keragaman budaya yang ada di Yogyakarta.

"Garis besarnya sama ada tambahan sedikit. Misalnya, ada belajar membatik pemuda Tionghoa. Kita munculkan keberagaman budaya akulturasi. Tahun ini ada pengajian yang masuk dalam agenda PBTY 2017," ujar dia, Selasa, 17 Januari 2017.

Sementara itu, Ketua Umum PBTY 2017 Tri Kirana Muslidatun mengatakan PBTY tahun ini akan digelar mulai 5-11 Februari 2017. Dalam gelaran tahun ini, karnaval yang biasa dilaksanakan di akhir acara dipindahkan ke pembukaan. Gelaran itu dipusatkan di  Ketandan Yogyakarta yang dikenal sebagai kawasan pecinan di Kota Gudeg.

"Ini tahun ke-12. Temanya pelangi budaya. Karena setiap tahunnya kita menampilkan budaya Nusantara dari Bima, Kalimantan, Sulawesi dan irian secara bergantian. Selama tujuh hari ini dan semua provinsi yang punya asrama di Yogyakarta, bisa kita tampilkan. Selain itu juga budaya dari Tiongkok seperti HAKA dan PITI mengeluarkan berbagai budaya mereka," tutur Tri.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta berharap PBTY 2017 meningkatkan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta. Sebab, beberapa peserta berasal dari luar Kota.

PBTY, kata dia, juga mampu menaikkan jumlah kunjungan wisatawan dan lamanya tinggal di Yogyakarta. Apalagi, Februari terbilang bulan dengan kunjungan wisatawan yang sedikit.

"Kemarin Sultan minta tujuh hari dengan segala konsekuensi. Ada bazar dan ada kuliner. Ini merupakan satu kalender wisata yang ada di bulan bulan Februari. Atraksi seni budaya biasanya setelah Maret justru ini mendukung low season," kata Aris.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya