Liputan6.com, Cilegon - Namanya singkat, Herawati (19). Lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Negeri 2 Kota Cilegon itu didapuk menjadi mahasiswa terbaik FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) karena berhasil IP 4.00 selama 2,5 tahun belajar.
Latar belakang sebagai anak tukang becak tak menghentikan rasa penasarannya mencari ilmu. Muhammad Sawiri, ayah Herawati, berkisah kecerdasan anaknya karena  rajin belajar hitung-hitungan yang kerap kali menjadi momok bagi banyak pelajar.
"Hera enggak maluan. Awalnya nanya, Pak matematika caranya gimana. Saya jawab, Nong (panggilan anak perempuan di Cilegon), kalau matematika kuncinya di perkalian," kata Sawiri, ayahanda Herawati, Senin (13/2/2017).
Tukang becak yang biasa mangkal di depan Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) itu menuturkan sejak kecil, anak bungsu dari empat bersaudara itu rajin belajar. Ia jarang bermain di luar rumah sepulang sekolah.
"Kalau ada temennya ke rumah, Hera baru main‎. Pernah ditanya sama Wali Kota Cilegon (Tb. Iman Ariyadi) mau sekolah di mana. Katanya mau ke ITB. Alhamdulillah sekarang di sana," kata Sawiri.
Advertisement
Baca Juga
Selain belajar, Hera rajin membantu orangtuanya. Berkat ketekunannya itu, ia selalu meraih peringkat pertama di kelas. Prestasi yang dicetaknya di bangku sekolah juga menjadi modalnya meraih beasiswa melanjutkan sekolah ke Jurusan Kimia ITB.
Beasiswa itu bisa sedikit meringankan beban Sawiri yang sehari-hari hanya memperoleh duit Rp 15 ribu dari mengayuh becak. "Sekarang (kuliah) jurusan Kimia. Sudah dua tahun setengah," kata Sawiri.
Kini, warga Masigit, Kelurahan Kotasari, Kecamatan Grogol, Kota Cilegon, Banten itu menjalani hari-harinya dengan mengerjakan tugas kuliah. Hera termasuk salah satu anggota program fast track, yakni program kuliah S1 dan S2 ITB dalam kurun waktu 5 tahun saja karena mendapatkan IPK 4.00.