Kontroversi Poster Anti-PKI dan LGBT di Gedung FISIP UB Malang

Poster anti-PKI dan LGBT yang dipasang sejak dua hari lalu itu menimbulkan gejolak di internal kampus UB Malang.

oleh Zainul Arifin diperbarui 18 Feb 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2017, 12:01 WIB
kontroversi PKI dan LGBT Malang
kontroversi PKI dan LGBT Malang

Liputan6.com, Malang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, memasang sejumlah poster Anti-PKI dan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di dalam gedung perkuliahan.

Kebijakan pemasangan poster yang beberapa di antaranya bertuliskan "Bubarkan PKI" dan "LGBT adalah Penyakit" sejak dua hari lalu itu menimbulkan gejolak. Mahasiswa menilai tindakan tersebut diskriminatif, tak patut dilakukan di lingkungan akademis.

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP UB Malang, Zidny Ziaulhaque menyayangkan poster Anti PKI dan LGBT yang dipasang mencolok di lantai 4 dan 5 gedung perkuliahan itu.

“PKI dan LGBT memang dilarang di negara ini. Sayangnya, kenapa pasang poster dengan bahasa yang provokatif dan cenderung diskriminatif di dalam kampus,” kata Zidny di Malang, Jumat 17 Februari 2017.

Zidny sependapat adanya gerakan Anti-PKI dan Anti-LGBT yang bertentangan dengan ideologi bangsa. Namun, FISIP sebagai tempat belajar ilmu sosial lebih tepat menyerukannya dalam konteks pemikiran. Apalagi sebagai perguruan tinggi, tempat orang belajar.

“Ini kan juga terkait pengetahuan. Lebih baik pendekatannya misalnya lewat diskusi, menolak tapi tetap dalam kerangka akademis. Bukan pasang poster provokatif,” tutur Zidny.

Dekan FISIP UB Malang, Prof Dr Unti Ludigdo, SE, MSi, Ak mengatakan, pemasangan poster Anti PKI dan LGBT merupakan sebuah bentuk pandangan dan ekspresi yang wajar.

“Bagi saya pesannya baik, mengajak kita menjunjung tinggi ideologi Pancasila. Tapi saya sadari, media dan ruangannya tidak tepat sehingga menimbulkan kontroversi,” kata Unti.

Ia menambahkan, FISIP menjadi tempat bagi mahasiswa untuk menimba keilmuan dari berbagai madzhab. Berbagai ideologi seperti kapitalisme, sosialisme, komunis, liberal sampai ultranasionalis dan Pancasila juga diajarkan di bangku perkuliahan.

Pemasangan poster Anti PKI dan LGBT itu sendiri disebut Unti sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan berpendapat. Namun, pemasangan di area kampus menimbulkan kesalahpahaman. Kendati demikian, hal itu tetap bisa dimaklumi.

“Kampus tempat orang belajar. Kalau ada kesalahan ya saya anggap lumrah karena memang semua masih belajar,” tegas Unti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya