Liputan6.com, Cirebon - Saryo (68), warga Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu mengaku kaget dan bingung saat menerima undangan mengikuti apel rutin di halaman kantor PT KAI Daops 3 Cirebon.
Warga Dukuh Poncol, Kelurahan Kedung Bokor, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah itu mendapat penghargaan atas kepekaannya melaporkan rel patah kepada petugas.
"Saya juga kaget sambutannya seperti ini. Tapi saya senang dan berterima kasih apresiasinya PT KAI," sebut dia, Jumat (3/3/2017).
Mulanya, Saryo menemukan rel yang patah saat memberi makan kambing. Pada 24 Januari 2017 itu, ia mendengar kereta lewat dengan suara yang tidak seperti biasanya.
Mendengar keanehan tersebut, Saryo pun langsung mengecek rel yang melintasi pemukimannya itu. Saat dicek, lelaki itu menemukan rel patah dengan kerenggangan sekitar 10 sentimeter.
"Terus, saya langsung lari ke Pak Kadus (Kepala Dusun). Saya berpikir kalau tidak dilaporkan dan ada kecelakaan kereta bisa habis desa saya," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Bersama kepala dusun dan warga setempat, mereka melapor ke stasiun terdekat yaitu Stasiun Songgom. "Saya juga berharap kesadaran warga yang dilintasi rel kereta api tumbuh karena petugas juga memang ada khilafnya. Ini untuk keselamatan kita sendiri," ujar dia.
Sementara itu, Manajer Humas Daops 3 Cirebon Krisbiyantoro mengatakan, patahan yang terjadi di Dukuh Poncol Brebes karena kondisi rel sering dilewati kereta.
"Semakin sering dilewati sehingga kondisi rel secara alami mengalami patah dan terjadi saat itu juga. Kami justru berterima kasih atas laporannya," kata dia.
Jika tidak mendapat laporan dari masyarakat, besar kemungkinan terjadi kecelakaan pada kereta yang melintas setelahnya. Dia menyebutkan, sejak Januari hingga Maret 2017, tercatat ada tiga laporan mengenai patahnya jalur kereta api.
"Tapi, dari tiga orang itu satu laporan dari masyarakat. Umumnya kejadian tahun 2017 karena faktor alam seperti tanggul jebol, tanah labil," kata dia.
Meski, kondisi rel di wilayah Daops 3 sudah membaik, pemanfaatan peralatan dan teknologi masih kurang. "Jadi soal patah rel bukan tak terdeteksi, tapi ada faktor lain seperti faktor alam. Usia perlintasan jalur sudah hampir 100 tahun," kata dia.
Dia menjelaskan, PT KAI melakukan pemanfaatan dan pengelolaan jalur kereta api melalui teknologi ultrasonik. Namun, lanjut dia, peralatan masih terbatas sehingga rel yang patah masih ada yang tidak terdeteksi.
"Karena alatnya juga mahal. Tapi perlahan kami mulai memaksimalkan," ujar dia.
Atas jasa Saryo, PT KAO Daops 3 Cirebon memberi penghargaan berupa uang tunai Rp 5 juta dan piagam penghargaan dari PT KAI.