Yang Berjuang untuk Sekolah di Ibu Kota Jateng

Selain harus berjalan kaki sejauh beberapa kilometer, anak-anak itu juga harus menyeberangi sebuah sungai.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 01 Apr 2017, 17:02 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2017, 17:02 WIB
sekolah pejuang
Wakil Wali Kota Semarang membantu menyeberangkan siswa-siswi pejuang ini menuju sekolahnya (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Liputan6.com, Semarang - Siapa sangka sebagai ibu kota Jawa Tengah, Kota Semarang masih memiliki sebuah sekolah yang murid-muridnya harus berjuang untuk sampai di sekolah. Adalah SD Negeri Jabungan yang berada di Jalan Ringin Bhakti Rt 03 RW 01 Kelurahan Jabungan, Banyumanik Semarang. Sekolah ini memiliki siswa siswi yang setiap harinya berjalan kaki sejauh beberapa kilometer.

Sekolah ini menjadi satu-satunya sekolah yang berada di Kelurahan Jabungan. Menjadi wajar jika muridnya tersebar hingga keluar pedukuhan. Selain berjalan kaki sejauh beberapa kilometer, anak-anak itu juga harus menyeberangi sebuah sungai.

Rahman, salah satu siswa bercerita, setiap hari ia melepas sepatu dan menyeberang sungai berbatu selebar 30 meter. Sungai berbatu ini mungkin tidak begitu dalam, namun memiliki arus yang deras dan batu-batu pijakan yang licin.

"Tiap hari memang harus menyeberang Kali Kethek ini. Enggak ada jalan yang lain," kata Rahman.

Dengan kondisi itu, anehnya anak-anak SD Negeri Jabungan itu tetap bersemangat memburu ilmu. Menurut Rachman, anak-anak itu ada yang harus berangkat pukul 05.30 WIB karena jauhnya jarak. Namun lebih sering ketika pulang dan pergi dimanfaatkan untuk bercanda dengan teman-temannya.

"Seru. Kadang sambil berkejaran, sambil bercanda, jadi biar enggak terasa capek," tutur Rachman.

Anak-anak itu memang sering terancam jiwanya. Terutama ketika musim hujan dan arus Sungai Kethek menjadi sangat deras. Namun karena setiap hari mereka sudah bergaul dengan alam, seakan semesta menyambutnya. Jadi tak ada sedikitpun rasa takut. Semangat bersekolah mampu mengalahkan rasa takut itu.

"Kalau hujan atau banjir sungainya dianter bapak atau ibu ke sekolah," ujar Rachman.

Butuh Jembatan

sekolah pejuang
Selain harus berjalan kaki berkilo meter, anak-anak itu juga harus menyeberangi sebuah sungai.

Anak-anak itu, sekalipun mengaku tidak takut, mereka jelas membutuhkan jembatan. Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu yang mendengar informasi adanya sekolah "penuh perjuangan" langsung bertindak. Tanpa diagendakan, Ita spontan mendatangi sekolah itu.

"Ini ibu kota Jawa Tengah lho. Anak-anak ini butuh jembatan. Saya akan coba meminta dinas terkait agar membuatkan jembatan. Meski itu jembatan gantung sederhana," kata Ita kepada Liputan6.com, Jumat, 31 Maret 2017.

Ita menjelaskan anak-anak itu ketika musim hujan dan sungainya banjir. Mereka tak ada yang berani menyeberang dan menunggu air agak surut terlebih dulu. Pengakuan itu disampaikan salah satu siswa kepada Ita.

"Kalau arusnya deres enggak berani nyebrang," kata Nesya, siswa tersebut kepada Ita.

Kepala SD Negeri Jabungan Suryanto mengatakan bahwa anak-anak itu memang sangat bersemangat bersekolah. Meskipun perjuangan anak-anak didiknya untuk sampai ke sekolah sangat sulit, harus berjalan kaki cukup jauh dan menyeberangi sungai.

"Setiap pulang kami selalu berpesan agar anak-anak berhati-hati. Kami membuat jadwal piket guru untuk mendampingi mereka sampai bibir sungai. Tapi Alhamdulillah sampai saat ini belum ada kejadian seperti hanyut atau jatuh dan lain-lain," kata Supriyanto.

Dari 150 siswa-siswi SD Negeri Jabungan itu memang tidak semua harus berjuang untuk sampai sekolah. Namun jumlah siswa-siswi "pejuang" itu cukup banyak. Setidaknya ada sekitar 40 siswa yang ketika berangkat dan pulang harus menyeberangi Kali Kethek.

"Tidak seluruhnya. Namun dengan jumlah sebanyak ini, jelas perlu perhatian serius dari Pemerintah. Kami berharap segera dibangun jembatan penyeberangan agar anak-anak nyaman dan aman saat berangkat dan pulang sekolah," ujar Supri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya