Sawah Petani Rawan Kekeringan, Debit Air Irigasi Makin Diirit

Para petani di Garut diminta mengganti komoditas pertanian yang ditanam di sawahnya untuk mengantisipasi kekeringan.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 31 Jul 2017, 10:33 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2017, 10:33 WIB
Sawah Petani Rawan Kekeringan, Debit Air Irigasi Makin Diirit
Ilustrasi sawah.

Liputan6.com, Garut - Ribuan hektare lahan pertanian yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Garut, Jawa Barat mulai merasakan dampak kekeringan akibat musim kemarau yang melanda saat ini.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Tatang Hidayat mengatakan, musim kemarau yang tengah berlangsung saat ini mulai menunjukkan dampak signifikan bagi lahan pertanian warga.

Beberapa titik areal pertanian di wilayah selatan dan utara Garut terdeteksi mulai terancam kekeringan pada musim kemarau tahun ini. "Memang belum ada laporan, tapi ada (rawan kekeringan) terutama di utara dan selatan," ujarnya, Jumat, 28 Juli 2017.

Untuk itu, pihaknyaa mulai menginstruksikan para Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) tiap kecamatan untuk mengatur debit air irigasi saat mengairi area pertanian warga. "Khusus irigasi yang sumbernya memang bagus, baik, cukup, harus dapat dibagi airnya agar cukup," kata dia.

Beberapa area pertanian yang menjadi perhatiannya antara lain di wilayah utara mulai Cibatu, Malangbong, Limbangan, Leuwigoong dan Banyuresmi, serta daerah Garut selatan mulai kecamatan Pameungpeuk, Cibalong dan Cikelet.
     
"Biasanya lahan yang dilanda kekeringan itu sawah (tanaman padi). Sawah itu tidak mungkin bisa tanam di lahan tadah hujan," katanya.

Selain mengatur debit air irigasi, ia juga meminta beberapa UPTD untuk mengimbau warga agar beralih tanam dari padi ke palawija seperti jagung, atau kacang-kacangan yang tidak terlalu banyak membutuhkan pasokan air.

"Kalau petani memaksa, khawatir akan rugi," ujar Tatang.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya