Tolak Full Day School, Ribuan Warga NU Solo Gelar Istigasah Akbar

Perwakilan warga NU di Solo menyebut kebijakan full day school membuat energi anak-anak terkuras di sekolah dan loyo begitu pulang ke rumah.

oleh Fajar Abrori diperbarui 25 Agu 2017, 18:20 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2017, 18:20 WIB
Tolak Full Day School, Ribuan Warga NU Gelar Istigasah Akbar
Warga nahdliyin menggelar demo menolak Full Day School di Solo. (Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Sebanyak 25 ribu warga Nahdliyin di Solo dan sekitarnya turun ke jalan menggelar aksi menolak pemberlakuan kebijakan Full Day School (FDS). Mereka meminta Presiden Joko Widodo segera mencabut kebijakan tersebut.

Pantauan Liputan6.com, puluhan ribu anggota ormas Nahdlatul Ulama (NU) berkumpul di kawasan Stadion Sriwedari Solo, Kamis, 24 Agustus 2017. Peserta demo menolak kebijakan lima hari sekolah terdiri atas anggota jami'yah NU, Muslimat, Fatayat, Ansor, PMII, hingga IPNU.

Peserta aksi memadati Jalan Bhayangkara Solo yang terletak di depan Stadion Sriwedari. Kawasan tersebut dijadikan titik kumpul untuk berjalan bersama menuju Bundaran Gladag Solo yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Selain membawa atribut Bendera Merah Putih dan bendera Nahdlatul Ulama, mereka juga membawa poster yang bertuliskan penolakan pemberlakuan full day school. Tak hanya itu, peserta demo pun meneriakkan yel-yel cabut kebijakan lima hari sekolah.

Ketua Pelaksana Aksi KH Muhammad Mahbub mengatakan warga Nahdliyin menolak dan menuntut agar Permendikbud Nomor 23/2017 segera dicabut. Pasalnya, pemerintah dinilai membuat kebijakan tanpa didasarkan kebutuhan dan tidak dari proses bawah.

"Tuntutannya dalam aksi ini permendikbud itu segera dibatalkan dan tidak dilaksanakan karena memberangus Madin (Madrasah Diniyah)," kata dia di sela-sela aksi.

Mahbub menjelaskan penolakan itu dilakukan karena sekolah lima hari itu banyak persoalan yang ditimbulkan. Kebijakan tersebut bagi masyarakat kota tidak ada masalah. Namun, untuk masyarakat desa jelas akan menimbulkan masalah.

"Kita ini bukan hanya masyarakat kota, tapi ada masyarat desa yang jauh sekolahnya dan tingkat ekonominya berbeda. Itu yang jadi masalah," ujarnya.

Dia mengatakan kebijakan full day school hanya akan membuat waktu anak-anak habis dikuras di sekolah. Berdasarkan informasi yang didengarnya, kondisi anak-anak yang mengikuti sekolah lima hari setelah pulang loyo dan tidak memiliki tenaga untuk belajar.

"Kasihan anak-anak jika pulang kondisinya sudah seperti itu," ujarnya.

Dalam aksi damai tersebut, dia menyebut massa yang ikut demo mencapai sekitar 25 ribu orang. Mereka adalah warga Nahdliyin yang berasal dari wilayah Solo Raya.

Setelah berjalan kaku menuju Bundaran Gladag dan menggelar orasi, peserta demo langsung bergeser menuju Masjid Agung Solo untuk melakukan istigasah akbar.

Saksikan video menarik di bawah ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya