Rumah Bung Karno dan Benteng Penjajah di Kanvas Sang Maestro

Terlihat diorama semangat merebut kemerdekaan berlatar belakang rumah pengasingan Bung Karno bersama sosok Ibu Negara pertama RI Fatmawati.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 06 Sep 2017, 07:30 WIB
Diterbitkan 06 Sep 2017, 07:30 WIB
Tanah Rumah Bung Karno dan Benteng Penjajah Dikanvas Sang Maestro
Maestro pelukis tanah liat Zainal Beta menyatukan tanah dari rumah pengasingan Bung Karno, Benteng Marlborough dan Benteng Rotterdam diatas kanvas di Bengkulu (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Bengkulu - Maestro pelukis tanah liat asal Sulawesi Selatan Zainal Beta melakukan penyatuan tanah di rumah pengasingan Sukarno atau Bung Karno di Bengkulu, bersama tanah dari Benteng Marlborough dan Benteng Rotterdam Makassar, di atas kanvas.

Sebuah lukisan beraliran ekspresionisme dibuat sang maestro penerima penghargaan 72 ikon Prestasi Indonesia 2017 itu dalam ajang pembukaan workshop Internalisasi Cagar Budaya di Bengkulu, Selasa, 5 September 2017.

Zainal yang menggunakan media tanah liat itu menumpahkan imajinasinya dalam sebuah karya lukis di atas kanvas berukuran 290x145 centimeter hanya dalam waktu 26 menit. Terlihat diorama semangat merebut kemerdekaan berlatar belakang rumah pengasingan Bung Karno bersama sosok Ibu Negara pertama RI Fatmawati yang sedang menjahit sang saka Merah Putih, dan potret Bung Karno tengah melakukan orasi kebangsaan.

"Ada getaran tersendiri ketika saya mulai mengayunkan kuas untuk menggambarkan suasana gemuruh merebut kemerdekaan di atas kanvas ini," ucap Zainal di Bengkulu, Selasa, 5 September 2017.

Menurut Zainal, penyatuan tanah liat dari tiga lokasi simbol pergerakan Indonesia merdeka itu untuk menumbuhkan semangat patriotisme, semangat kebangsaan, dan penyatuan bangsa Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Keinginan untuk melakukan penyatuan tanah dan air dalam karya seni lukis ekspresionisme ini sudah lama diimpikan oleh Zainal.

Maestro lukis tanah liat yang sudah berkarya lebih dari 37 tahun itu juga mencampur bahan tanah liat dari empat kabupaten di Sulawesi Selatan yaitu Gowa, Bantaeng, Jeneponto, dan Enrekang dalam lukisan yang dibuat di halaman rumah pengasingan Bung Karno di Bengkulu itu.

Tujuannya, supaya karakteristik dengan pewarnaan yang muncul dalam lukisannya bisa lebih sempurna.

Proses pengolahan bahan tanah liat untuk melukis ini memerlukan waktu selama tiga bulan. Tahapan yang dilakukan berupa pemilihan tanah, pengendapan, dan pencampuran tanah untuk disesuaikan dengan daya rekat dan warna yang muncul ketika tanah liat ditumpahkan ke atas kanvas.

Lukisan berbahan unsur campuran tanah seperti dari rumah pengasingan Bung Karno, Benteng Marlborough, dan Benteng Rotterdam ini akan diserahkan kepada pihak Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jambi. Terutama, setelah dilakukan sentuhan akhir berupa pengecatan warna bening.

"Saya serahkan kepada pihak Balai Pelestari Cagar Budaya ini supaya bisa lestari dan memiliki nilai tersendiri untuk negeri ini," kata Zainal Beta.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya