Kue Benang Kusut Bugis-Makassar, Perekat Pasangan Sehidup Semati

Tak ada salahnya menikmati akhir pekan bersama keluarga ditemani kue benang kusut khas Bugis-Makassar

oleh Eka Hakim diperbarui 10 Des 2017, 13:01 WIB
Diterbitkan 10 Des 2017, 13:01 WIB
Nikmatnya kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk temani akhir pekan (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Nikmatnya kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk temani akhir pekan (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar - Akhir pekan telah tiba. Semua orang tentunya ingin memanfaatkan akhir pekan dengan maksimal. Selain menghabiskan waktu bersama keluarga, juga tak ada salahnya menikmati kue tradisional Nusantara yang begitu beragam dan tentunya memiliki cita rasa yang tinggi.

Di Sulawesi Selatan (Sulsel), misalnya, ada kue tradisional khas suku Bugis dan Makassar yang sangat cocok dinikmati bersama keluarga di akhir pekan. Namanya kue bannang-bannang bagi suku Makassar dan nennuk-nennuk bagi suku Bugis.

Kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk kerap dikatakan kue benang kusut, karena wujudnya yang seperti benang yang tak diketahui di mana pangkal dan ujungnya. Meski wujudnya demikian, siapa sangka rasa yang dimiliki kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk ini menjadi kue paling cocok menemani hari-hari bersantai.

"Rasanya manis karena dominan gula aren. Cocok dipasangkan dengan kopi hitam di kala bersantai," ucap Daeng Sudding, warga Desa Moncongloe Lappara, Kabupaten Maros, Sulsel, Minggu (10/12/2017).

Dahulu kala, kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk merupakan makanan bangsawan Bugis Makassar. Namun, seiring perkembangan zaman, kue yang identik dengan wujud seperi benang kusut tersebut dapat dinikmati oleh semua kalangan tanpa melihat strata sosialnya.

"Kue ini selalu ada di setiap hajatan yang berbau kebahagiaan, di antaranya lamaran hingga acara pernikahan tiba," tutur Sudding. 

Filosofi Kue Benang Kusut

Kue Bannang-bannang atau nennuk-nennuk (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Nikmatnya kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk temani akhir pekan (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Menurut yang ia ketahui dari penjelasan almarhum orangtuanya dulu, wujud kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk dibentuk menyerupai benang kusut. Sebab, ada makna filosofi yang terkandung.

Menurut Sudding, hal tersebut menggambarkan tentang satu kesatuan yang saling terkait dan tak akan pernah bisa dipisahkan atau diuraikan.

"Jadi mereka yang melangsungkan pernikahan setelah mencicipi kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk diharapkan akan menjadi keluarga yang utuh dan tidak mudah terpisahkan. Hanya maut yang memisahkan mereka," ujar Sudding.

Tak hanya itu, rasa manis gula aren dari kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk khas Bugis Makassar juga bermakna manisnya perjalanan rumah tangga pasangan yang melangsungkan hajatan pernikahan.

"Itu maknanya. Rasa manis digambarkan sebagai perjalanan pernikahan mereka hingga proses berumah tangga," Sudding menjelaskan.

 

Resep Kue Benang Kusut

pembuatan kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk (Liputan6.com/ Eka Hakim)
Emak-emak sedang membuat kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk (Liputan6.com/ Eka Hakim)

Sudding menuturkan, pembuatan kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk cukup mudah. Bahan-bahan yang digunakan hanya berupa gula aren (gula merah), beras putih yang sudah ditumbuk, dan minyak goreng (minyak kelapa).

Pertama-tama, beras putih yang sudah ditumbuk menjadi halus kemudian dicampur dengan air dan di aduk hingga merata.

Setelah itu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam alat khusus untuk pembuatannya. Di mana dahulunya masih menggunakan alat tradisional yang terbuat dari batok kelapa yang telah diberi beberapa lubang halus untuk pembentukan adonan.

Selanjutnya, imbuh dia, adonan yang dimasukkan ke dalam batok kelapa yang telah diberi beberapa lubang halus tempat adonan keluar tersebut, lalu dituangkan ke dalam minyak kelapa yang sudah tampak panas di atas wajan.

Saat proses penggorengan berlangsung, gula aren yang sudah dihaluskan lalu ditaburi di atas adonan tersebut.

Setelah adonan kue bannang-bannang atau nennuk-nennuk tampak berubah warna dan matang, selanjutnya diangkat dari dalam wajan dan kue khas Bugis-Makassar itu lalu dilipat menggulung dan siap untuk disajikan bersama dengan kopi hitam.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya