Bangil - Kantin kejujuran sudah biasa kita dengar. Sudah banyak pula sekolah yang mengembangkannya. Namun, bagaimana dengan perpustakaan kejujuran? Inilah yang digagas takmir Masjid Quba, Kecamatan Bangil. Seperti apa?
Azan isya baru saja berkumandang. Puluhan jemaah mulai memadati Masjid Quba di Kelurahan Kalianyar, Kecamatan Bangil, Kabupaten Pasuruan. Berarsitektur modern, masjid ini baru selesai dibangun pada 2016.
Setelah salat Isya berjemaah selesai, satu demi satu jemaah pulang. Belum seramai biasanya, memang. Anak-anak yang biasa datang ke masjid pada malam itu, Rabu, 10 Januari 2018, juga tidak terlalu banyak.
Advertisement
Maklum, Kalianyar baru saja kebanjiran. Hari itu, cuaca memang sedang cerah. Namun, bekas-bekas banjir yang rutin datang masih tampak di sejumlah gang. Termasuk di depan Masjid Quba. Beruntung genangan air di depan masjid sudah surut, sehingga aktivitas ramai kembali.
Baca Juga
"Kalau sudah banjir setinggi satu meter, pasti berimbas ke aktivitas masjid. Termasuk anak-anak yang biasa pinjam buku di perpustakaan sini, juga ikut sepi," ucap Mukhammad Sukandar (46), sekretaris takmir atau pengurus masjid yang juga Kepala TPQ Al Amanah di Masjid Quba, kepada Radar Bromo (Jawa Pos Group).
Masjid Quba sendiri terletak di permukiman padat penduduk. Karena itu, aktivitas di masjid selalu ramai. Mulai salat jemaah, termasuk TPQ, selalu ramai.
Karena itu pula, pengurus masjid tak menolak saat Perpustakaan Lentera Kalianyar berniat menjadikan masjid sebagai salah satu Taman Baca Masyarakat (TBM). Tempat yang kemudian terkenal sebagai perpustakaan kejujuran.
Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.
Isi Sendiri Buku Administrasi
Ikhwan Fitriyanto, pengelola Perpustakaan Lentera Kalianyar mengatakan, pihaknya punya program menambah titik bacaan di masyarakat. Selama ini, TBM ada di kantor Kelurahan Kalianyar.
"Lokasinya cukup jauh dari Kalianyar Utara. Karena itu, kami berinisiatif membuat titik TBM baru. Di saat yang sama, pengurus Masjid Quba antusias membuka perpustakaan di masjid," tuturnya.
Perpustakaan Lentera kemudian menyortir buku-buku yang cocok untuk perpustakaan di Masjid Quba. "Karena di masjid, mayoritas memang buku agama. Namun, ada juga buku usaha. Sebab, masyarakat sekitar banyak yang budi daya. Juga ada buku anak-anak. Sebab, banyak juga pelajar di TPQ," jelasnya.
Namun, Perpustakaan Lentera yang merupakan induk di Kalianyar hanya memberikan fasilitas buku. Sedangkan rak dan meja, termasuk buku administrasi, disediakan pihak masjid.
Awal dibentuk, ada 247 judul buku di sana. Selain 220 buku dari Perpustakaan Lentara, juga ada hibah buku dari masyarakat dan pengurus. Maka, per Maret 2017, resmi dibentuk Perpustakaan Kejujuran Masjid Quba. Terhitung, kurang lebih 10 bulan perpustakaan ini berjalan.
Selama 10 bulan itu, menurut Mukhammad Sukandar, kepala TPQ Al Amanah, Perpustakaan Kejujuran Masjid Quba mendapat antusiasme tinggi dari jemaah dan anak-anak sekitar.
"Selain ke TPQ, anak-anak senang membaca buku di sini. Boleh juga pinjam buku. Satu orang maksimal hanya bisa meminjam tiga buku dalam waktu satu minggu," jelasnya.
Yang menarik, perpustakaan kejujuran ini tidak pernah dijaga. Sebab, memang tidak ada petugas yang menjaga. Rak buku pun tak pernah dikunci. Bahkan, rak buku diletakkan di bagian depan masjid, sehingga warga bebas mengaksesnya.
Meski demikian, ada buku administrasi yang disediakan pengurus masjid. Warga yang meminjam buku wajib mengisi buku administrasi ini. Di situ tertulis nama peminjam, judul buku, dan tanggal pinjam.
Karena itu, warga yang ingin meminjam buku perpustakaan, bisa langsung mengisi buku administrasi. Kemudian, membawa buku yang dipinjam.
"Ini, sudah disosialisasikan kepada jemaah. Takmir juga sering mengingatkan kalau pas TPQ atau salat jemaah. Jemaah dipersilakan pinjam buku perpustakaan. Tapi, juga jangan lupa mengembalikan," terangnya.
Advertisement
Koleksi Buku Tak Ada yang Hilang
Hasilnya, selama 10 bulan ini, buku-buku di perpustakaan tidak ada yang hilang. Semua buku yang dipinjam selalu kembali. Koleksi buku Perpustakaan Kejujuran pun lengkap seperti sedia kala.
Saat ini, per hari rata-rata pembaca buku dan peminjam bervariasi jumlahnya. Sekitar 10-15 buku. "Tapi, memang kalau banjir, yang baca dan pinjam juga sedikit. Karena akses ke masjid kan juga terhambat," ujar Mukhammad Sukandar, selaku Kepala TPQ Al Amanah.
Dia berharap, perpustakaan kejujuran ini tidak hanya meningkatkan budaya membaca warga sekitar. Tapi, juga ada rasa memiliki dari masyarakat. Sehingga, koleksi buku tetap lengkap seperti sedia kala.
Adapun Ainul Hidayat (48), takmir Masjid Quba, menyebut bahwa ini sesuai dengan keinginan takmir. Dengan kata lain, masjid tak hanya sebagai tempat beribadah.
"Jadi, enggak hanya sebagai tempat ibadah, baca Alquran atau ngaji, tapi juga bisa membaca ilmu lain. Seperti buku-buku di sini," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: