Liputan6.com, Banyumas - Gelegar petir menyambar-nyambar meningkahi hujan lebat yang tumpah dari langit, Minggu, 4 Maret 2018, sekitar pukul 15.00-16.00 WIB. Desa Pasiraman, Pekuncen, Banyumas, Jawa Tengah pun sepi tanpa aktivitas.
Warga memilih berdiam diri di rumah sembari menonton televisi atau menyapa kawan lewat ponsel di grup aplikasi pesan. Mendadak, lampu padam, televisi rusak, ponsel pun turut ngadat.
Di sini lah pangkal masalahnya. Diduga, petir dengan arus listrik voltase tinggi itu menyambar tower seluler yang kemudian memicu rusaknya puluhan alat elektronik di RT 01/06 Pasiraman.
Advertisement
Baca Juga
Warga pun meradang. Sebab, kerusakan alat elektronik ini tak hanya terjadi kali ini. Sudah berulangkali warga yang tinggal berdekatan dengan tower seluler menderita kerugian.
Karenanya, mereka lantas mencorat-caret tembok pembatas tower sebagai bentuk protes, sekaligus untuk mengirim pesan kepada pemilik tower seluler, bahwa warga menolak keberadaan tower tersebut.
Coretan itu mewakili keresahan warga. Mereka khawatir, nyawanya terancam. Sebab, penangkal petir tower seluler dianggap tak lagi efektif menangkal petir.
Salah satunya berbunyi, "Selamatkan kami dari Tower". Tulisan lainnya, "Hari ini lampu mati, mungkin besok nyawa yang mati."
Warga Menuntut Agar Tower Seluler Dibongkar
Warga berdemonstrasi secara damai. Mereka minta difasilitasi oleh Pemerintah Desa Pasiraman dan Kecamatan Pekuncen untuk membicarakan dengan operator seluler pemilik tower.
"Alhamdulillah, warga tidak ada yang anarkis. Protesnya damai. Kami fasilitasi untuk bertemu dengan wakil (operator)," ujar Camat Pekuncen, Amrin Ma’ruf, kepada Liputan6.com, Selasa, 6 Maret 2018.
Dalam pertemuan itu, warga menghendaki agar sewa tower tak diperpanjang. Sebab, keberadaan tower seluler itu dianggap sudah mengancam keselamatan warga.
Sebenarnya, tower itu telah berdiri sejak 10 tahun lalu dan akan diperpanjang 10 tahun mendatang. Tetapi, warga mengkhawatirkan keselamatan keluarganya. Apalagi, tower itu berdiri di permukiman warga.
Titik terdekat sekitar 5 meter dari tower. Adapun secara keseluruhan, ada sekitar 50 keluarga yang tinggal dalam radius 72 meter sekitar tower.
"Mungkin ardenya itu, ada yang tidak berfungsi atau bagaimana ya, saat itu. Jadinya banyak alat elektronik warga yang rusak," Amrin menjelaskan.
Advertisement
Pemilik Tanah Sepakat Tak Perpanjang Sewa untuk Tower Seluler
Menurut Amrin, pemilik tanah, yang juga Kepala Desa Pasiraman, Agus Priyono pun sudah sepakat dengan warga untuk tak lagi memperpanjang sewa tanah kepada operator seluler. Hanya saja, lantaran yang hadir saat mediasi bukan pengambil keputusan, maka keinginan warga itu akan disampaikan ke pusat.
Warga juga diminta untuk membuat surat resmi bahwa mereka menolak keberadaan tower seluler. Surat tersebut nantinya atas sepengetahuan pemerintah desa dan kecamatan.
Soal kerugian yang diderita warga akibat rusaknya alat elektronik, pemilik tower berjanji untuk menggantinya. Warga pun menuntut agar perusahaan segera membongkar tower yang dinilai sudah membahayakan itu.
"Tuntutan warga akan kami sampaikan kepada pihak I******. Tapi kami belum menerima surat dari warga. Mungkin masih mengumpulkan tanda tangan seluruh warga," dia menerangkan.
Namun begitu, Amrin pun tak dapat memastikan apakah tower itu betul-betul akan dibongkar. Ada kemungkinan, pihak penyedia jasa seluler akan kembali bernegosiasi dengan warga. Sebab, ada pula yang menginginkan agar kompensasi kepada warga sekitar tower dinaikkan dari Rp 60 juta menjadi Rp 150 juta.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â