Liputan6.com, Cilacap - Ruas Jalur Nasional Lintas Selatan (JLS) Jawa Tengah di antara Banyumas dan Cilacap dikenal oleh para pelintas sebagai medan berkelok di antara perbukitan dan lembah. Karenanya, jalur ini kerap longsor dan jalan ambles.
Pada musim hujan, jalan kerap tertutup material longsoran dari perbukitan. Seringkali juga, badan jalan ambles tergerus sungai atau runtuh ke jurang.
Pada Februari 2018 ini, tercatat tiga titik ambles di ruas jalan penghubung antara Purwokerto-Bandung ini. Pertama, pada dasarian awal Februari, jalan ambles sedalam empat meter di Dusun Kalisalak Kecamatan Lumbir. Pekan lalu, jalan ambles terjadi pula di titik Desa Kedunggede Kecamatan Lumbir.
Advertisement
Baca Juga
Terbaru, ambles sepanjang 30 meter terjadi di Kilometer 56+300, tepatnya sekitar 50 meter sebelah barat tugu perbatasan Banyumas-Cilacap, Desa Tayem Timur Kecamaan Karangpucung, Cilacap, Sabtu dinihari, 24 Februari 2018.
Meski tak sedalam jalan ambles Kalisalak, namun jalan ambles yang terjadi di Karangpucung ini amat membahayakan kendaraan yang melintas. Pasalnya, terjadi retakan tapal kuda memanjang, selebar 10-15 centimeter.
Kedalaman jalan ambles pun sebenarnya hanya berkisar 15-20 centimeter. Namun, lantaran permukaan aspal miring, jalur ini amat berbahaya dilintasi oleh kendaraan dengan muatan berat.
Jalur Rawan Ambles dan Longsor
Untuk mengantisipasi kecelakaan, warga setempat pun bergotong royong memasang rambu sederhana, dengan tangkai daun salak. Sejak dinihari, warga juga berjaga agar kendaraan hanya melintas di jalur yang masih utuh.
Mereka lantas melaporkan jalan ambles ini kepada Bina Marga. Santo mengemukakan, JLS di perbatasan Cilacap dan Banyumas ini memang rawan ambles dan longsor. Di sekitar lokasi, setahun terakhir ini, menurut dia, beberapa kali longsor di daerah berbeda.
"Memang daerah sini rawan longsor. Sudah beberapa kali kan, longsor," ucapnya, Senin 26 Feburari 2018.
Memperoleh laporan itu, Bina Marga pun menutup jalan yang ambles dengan terpal untuk mengantisipasi masuknya air ke retakan yang dapat memicu longsor atau ambles lebih dalam.
Pengamanan sementara, Bina Marga menutup rekahan jalan ambles dengan Lapisan Pondasi Atas (LPA) berupa pasir dan split yang lantas disiram aspal cair dan dipadatkan dengan alat berat slender (steel drum roller).
Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi masuknya air ke rekahan. Air yang masuk ke rekahan dikhawatirkan bakal memicu ambles lebih dalam, atau bahkan menyebabkan jalan ambrol. Pasalnya, bahu jalan berimpitan langsung dengan jurang sedalam belasan meter.
Pada Selasa, 27 Februari 2018, Petugas juga menguruk sisi badan jalan yang ambles dengan LPA. Hal itu dilakukan untuk menghindari ada mobil, terutama kendaraan berat terbalik lantaran tingkat kemiringannya sudah lebih dari 5-10 derajat dari permukaan jalan normal.
Advertisement
Pengamanan Sementara, Jalan Ambles Dilapisi LPA
Penanganan dengan pelapisan dengan LPA adalah langkah pengamananan sementara. Selanjutnya, diperlukan penanganan menyeluruh. Antara lain dengan memasang bronjong, pancang beton tambahan dan pelapisan aspal mix sesuai standar jalur nasional.
"Ada yang merencanakan secara teknis. Kami akan tetap menjalankan pengamanan ini dulu. Mau dipasang LPA," ucap Koordinator Lapangan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Wangon-Perbatasan Jawa Barat, Pujiono, Selasa, 27 Februari 2018.
Pujiono menerangkan, saat ini PPK Binamarga tengah berkoordinasi di Semarang untuk membahas penanganan menyeluruh jalan yang ambles tersebut. Sebab, sebelum ini, sejak Desember 2017 lalu, titik yang sama juga sempat ambles. Penurunan tanah diperkirakan sudah mencapai 40-50 centimeter.
Penurunan permukaan jalan diduga disebabkan adanya rembesan air yang dipengaruhi curah hujan tinggi pada Februari ini. Jalan kemudian bergeser lantaran berbatasan langsung dengan jurang.
"Ini nanti paling akan diselidiki apakah ini ada sumber air, atau hanya sekedar crowokan limpasan air terjun seperti talang, limpasan dari sini. Ini curam, jelas itu," dia menjelaskan.
Dia mengungkapkan, Bina Marga juga sempat memasang pancang beton di titik ini untuk mengantisipasi jalan ambles. Tetapi, pancang beton itu ternyata tak bisa menahan pergseran tanah.