Jadi Kota Taman, Semarang Terus Bersolek

Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menerima penghargaan dari Unnes karena dinilai mampu mempercepat pembangunan dan tetap ramah lingkungan. Taman bertebaran di sudut-sudut kota.

oleh Edhie Prayitno IgeFelek Wahyu diperbarui 31 Mar 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2018, 11:01 WIB
hendi
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menerima penghargaan Upakarti Prabaswara Mandala dari Unnes, Kamis (29/3/2018). (foto: Liputan6.com/dok.humas/felek wahyu)

Liputan6.com, Semarang - Kota Semarang sekarang menjadi mirip kota taman. Taman-taman kota bertebaran hingga wilayah pinggiran. Minimal ada 20 taman di 16 kecamatan yang berfungsi sebagai ruang publik. Taman ini kemudian menjadi pendukung kampung tematik yang dikembangkan Wali Kota Semarang.

Pemerintah Kota Semarang bahkan terus menambah ruang publik untuk warga saling bertemu dan bersilaturahmi. Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menyebutkan bahwa dalam tahap awal saja saat ini sudah ada 80 kampung tematik. Semua diinisiasi oleh warga, dan peran pemerintah kota hanya memfasilitasi.

"Namanya kampung tematik ya tiap kampung tentu berbeda, menyesuaikan kebiasaan masyarakat dan kearifan masyarakat setempat. Tugas negara adalah memfasilitasi dan agar memiliki nilai jual," kata Hendi kepada Liputan6.com, Jumat (30/3/2018).

Banyaknya taman kota, lapangan olah raga, dan meningkatnya produktivitas dengan konsep kampung tematik itu akhirnya melahirkan penghargaan bidang konservasi dan lingkungan 'Upakarti Prabaswara Mandala'. penghargaan tertinggi dari Universitas Negeri Semarang.

"Jadi kemarin itu saya diundang ke Unnes diberi penghargaan itu. Bareng dengan kyai budayawan Gus Mus dan Presiden Jokowi. Jadi tegas saya sebutkan penghargaan ini saya persembahkan untuk seluruh warga Kota Semarang," kata Hendi.

 

Taman Membuat Warga Jadi Lebih Manusiawi

kampung_jamu
Warga Kampung Jamu menyiapkan jamu untuk pelanggan. (foto : Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Penghargaan ini diberikan Unnes dalam rangkaian Dies Natalis Unnes ke 53. Hanya tokoh-tokoh yang dianggap membawa perubahan dan menginspirasi perubahan yang dianggap layak menerima penghargaan ini.

Saat menyerahkan penghargaan itu, Rektor Universitas Negeri Semarang, Fathur Rokhman menilai bahwa Hendi termasuk salah satu tokoh yang dianggap layak karena mampu mempercepat pembangunan kota dan tetap ramah lingkungn.

"Taman, median jalan dan ruang publik membuat kota dan warganya lebih manusiawi. otomatis akan mampu menekan kriminalitas," kata Fatkhur Rohman.

Hendi sendiri menganggap kebijakan dan arah pembangunan yang diusungnya, merupakan kewajiban penyelenggara negara. Hal yang seharusnya dilakukan.

"Semoga masyarakat merasakan manfaatnya. Karena itu akan makin memotivasi memberi yang terbaik," kata Hendi.

Kota Semarang akhir-akhir ini memang terus bersolek. Entahlah sampai kapan kota ini merasa dirinya cantik dan berhenti bersolek. Tapi menurut Hendi, kecantikan suatu kota tak serta merta menghentikan pemerintahnya berbenah.

"Hal yang mustahil dilakukan adalah membuat semua orang senang dan puas. Tak ada itu. Makanya yang paling mungkin dilakukan adalah mendekati kepuasan semua orang. Jaman terus berubah, standar hidup juga berubah, dan sebuah kota harus mampu mengakomodir hal itu," kata Hendi.

Usai menerima penghargaan itu, Hendi berharap bahwa penghargaan itu adalah sebuah kode bahwa arah kebijakan selama masa kepemimpinannya sudah sesuai track.

Penghargaan dari lembaga memang mampu memberi motivasi, namun itu bukan tujuan utama. Menurut Hendi, penghargaan tertinggi adalah ketika semua warga kota sudah bisa merasakan manfaat pembangunan kota.

"Semakin sedikit keluhan , itu adalah penghargaan tertinggi. Dan saya akan mati-matian mengejarnya," kata Hendi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya