Liputan6.com, Bandung - Setiap pagi, Ahmad (9), berjalan kaki sekitar 300 meter ke Sekolah Dasar Asy Syifa 2 Bandung. Dia berhenti di Jalan Randusari Raya menuju titik yang telah ditentukan pihak sekolah. Barulah, ia berjalan dari jalan raya menuju sekolah untuk bertemu dengan temannya dan kemudian berjalan bersama.
"Senang, bisa jalan ngobrol sama teman," kata Ahmad, Senin (2/4/2018).
Ahmad adalah salah satu dari ratusan siswa yang mengikuti program Walk to School. Sudah menjadi ritual setiap pagi bagi para anak didik sekolah beralamat di Jalan Randusari 5, Kelurahan Antapani Kidul, Kecamatan Antapani, Kota Bandung, ini berjalan kaki ke sekolah tersebut.
Advertisement
Tak kalah dengan siswa, guru-guru pun membiasakan untuk tidak menggunakan kendaraannya saat ke sekolah. Mereka harus mematikan kendaraan roda dua dan mendorongnya hingga ke gerbang sekolah, kecuali jika hujan turun.
Baca Juga
SD Asy Syifa 2 adalah salah satu dari puluhan sekolah di Bandung yang mengikuti gerakan Walk to School. Ini merupakan program Eco Transport yang diselenggarakan atas kerja sama Dinas Perhubungan (Dishub) dan Dinas Pendidikan Kota Bandung.
Tujuan dari program Walk to School ini ialah menjadikan siswa berkarakter, disiplin, bertanggung jawab, mandiri, berbudaya dan yang lebih utama sehat tanpa polusi.
Awalnya, Walk to School diujicobakan di SD dan SMP Muhammadiyah Antapani pada 6 Maret 2018. Belakangan, program itu diikuti SD Asy Syifa, SD El Fitra, SD Griba dan SMP Nurul Hidayah.
"Kita dari Dishub melakukan pendampingan selama 40 hari. Setelah itu diserahkan kembali kepada sekolah yang bersangkutan untuk melanjutkan program ini," ujar Koordinator Walk To School Dishub Kota Bandung, Heru Pakusuyanto.
Â
Â
Â
Â
Kurangi Kemacetan
Sebelum program dijalankan, Dishub diundang untuk sosialisasi. Setelah perencanaan mulai dari penentuan titik antar, jadwal pendampingan guru, dan sebagainya, barulah kegiatan ini dilaksanakan.
"Yang jadi luar biasa, guru pun ikut menghentikan kendaraan dan masuk ke dalam dengan mendorong kendaraannya," puji Heru.
Nyaris setiap pagi, jalanan Randusari Raya ramai lalu lalang kendaraan. Penyebabnya, selain padatnya kendaraan lalu lalang, juga ada banyak sekolah di lingkungan ini.
Bahu jalan yang ada bukan tempat yang aman bagi para pelajar yang melintas. Hal itu mengingat tidak ada trotoar bagi para pejalan.
"Sasarannya memang sekolah yang bermasalah dengan transportasi dan arus lalu lintas. Di sini kan muridnya saja ada 600 lebih," ujarnya.
Setiap kali bertugas, Dishub menerjunkan 6-7 orang. Kehadiran mereka rupanya sangat membantu dalam melancarkan arus lalu lintas di jalan. Dia optimistis, program itu akan diikuti sekolah lain. Konsep itu juga diharapkan tetap berjalan meski sudah tidak diawasi Dishub.
"Kita harapkan menyebar ke sekolah lain karena kita ingin program ini menjadi budaya," kata Heru.
Advertisement
Datangkan Kebahagiaan
Fita Daniar, guru bidang SD Asy Syifa mengakui program Walk to School yang sudah berjalan satu bulan sangat bermanfaat bagi sekolah. "Kalau dulu orangtua biasa mengantar pakai kendaraan sampai gerbang, sekarang sudah terbiasa diturunkan di titik yang sudah ditentukan tapi tidak menambah kemacetan," ucap Fita.
Menurutnya, pihak sekolah berencana untuk melanjutkan program ini setelah kerja sama berakhir. Selama ini pun, kata dia, enam guru bergantian mendampingi para siswa, mulai dari gerbang sekolah, titik antar, dan membantu menyeberangi jalan.
"Sekolah ada 32 guru, sesuai jadwal piket ada enam guru yang bertugas setiap hari," jelasnya.
Hal yang menggembirakan dari program ini menurut Fita adalah kebiasaan para siswa sekolah berubah ke arah yang lebih baik.
"Terutama bagi anak-anak, mereka jadi punya banyak teman. Sampai anak-anak bilang 'hore aku jalan' dan respons orangtua pun sangat baik," ucapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini: