Liputan6.com, Garut - Menggunakan jersey merah kesebelasan liga I Indonesia, Bali United, bocah asal Garut, Jawa Barat, itu gelisah menahan malu. Sesekali orangtuanya berencana memperlihatkan kekurangan dirinya, tapi seketika pula ia meronta menolaknya.
Muhammad Hafidz (5), bocah laki-laki asal Kampung Rancasalak, Kecamatan Kadungora, Garut, Jawa Barat ini, diketahui tidak memiliki alat kelamin sejak lahir. Selama ini, ia membuang air kecil melalui saluran anus bercampur dengan buang hajat.
"Sekilas memang tampak sehat, namun jika sedang sakit, saya kasihan melihatnya," ujar Rita (40), ibu kandung bocah itu saat ditemui Liputan6.com, Kamis, 9 Juni 2018.
Advertisement
Ayi Rohendi (45), ayah kandung Hafidz yang ikut mendampingi, menambahkan kelainan fisik pada salah satu alat pencernaannya itu, merupakan bawaan sejak lahir. Awalnya, ia mengira tonjolan kecil pada alat kelamin Hafidz, akan tumbuh seiring pertambahan usia.
Namun hingga kini, harapan itu tidak kunjung tiba (tidak memiliki alat kelamin). "Selama ini ia kencing, bersama hajat dari anusnya itu," kata dia.
Baca Juga
Puluhan kali sejak bayi, Hafidz bolak-balik rumah sakit dua kali dalam sepekan, dengan harapan pembuangan air kencingnya lancar. Tetapi, hal itu belum membuat proses pembuangan air kencing bocah pengagum Irfan Bachdim itu normal.
"Kalau tetap dibiarkan, khawatirnya nanti akan terinfeksi dan mengganggu (fungsi) ginjal," kata dia, berdasarkan keterangan medis di rumah sakit.
Entah sudah berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati salah satu buah hatinya itu, hingga tak sedikit keinginan menyerah terlintas di benaknya.
"Bayangkan sebelum dapat BPJS, minimal satu minggu harus ada sejuta (untuk berobat) sementara kami dari mana," ujar Ayi sedikit pasrah.
Di tengah kegalauan itu, secercah harapan kembali terbuka. Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, memberikan solusi dan siap melakukan operasi pembuatan saluran air kencing bagi Hafidz. "Rencana operasinya tanggal 25 Juni mendatang," kata dia.
Untuk tahap awal, pihak rumah sakit negeri itu membuatkan perangkat khusus yang nantinya berfungsi sebagai saluran pencernaan sekaligus alat kelamin buatan.
"Kosmetiknya sudah selesai (dibuatkan), tinggal dipasangkan setelah memindahkan saluran air kencingnya," kata dia.
Keluarga Prasejahtera
Terlahir dari keluarga prasejahera, kondisi anak bungsu dari empat bersaudara itu hidup prihatin. Hafidz bersama tiga kakaknya harus berdesakan di rumah semi permanen milik orang tuanya. "Yang penting tidak kehujanan lah," kata dia.
Kedua orangtua Hafidz saat ini hanya buruh serabutan tanpa pekerjaan tetap. "Kadang menjahit, kadang dagang, apapun yang orang butuhkan saya kerjakan," ujar Ayi menambahkan.
Namun di tengah kekurangannya itu, ia bersama keluarganya masih beruntung adanya perhatian pemerintah Garut, dengan memberikan surat rujukan pengobatan Hafidz. "Kalau ada biaya pengobatan tambahan tetap dari uang sendiri," kata dia.
Tak mengherankan datangnya jadwal operasi, cukup memukul perekonomian keluarga Ayi.
"Kalau dia (Hafidz) dioperasi bagaimana nanti biaya sehari-harinya selama di rumah sakit," ungkapnya.
Tidak hanya itu, ketiga kakak Hafidz yang saat ini tengah dalam masa pertumbuhan, membutuhkan biaya tak sedikit untuk menjalani hidup keseharian. "Makanya saya berharap, semoga di bulan suci Ramadan ini ada pihak yang mau mengulurkan bantuannya," tuturnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement