Kondisi Mengenaskan Bekantan Lumpuh Dikerubungi Semut Api

Saat ditemukan, bekantan lumpuh dari Sampit itu sudah dikerumuni semut api. Satwa ini dikenal memiliki sifat pemalu dan selalu menghindar jika bertemu manusia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Jul 2018, 22:03 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2018, 22:03 WIB
bekantan kalimantan
(Istimewa)

Liputan6.com, Sampit - Warga Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah, menemukan seekor bekantan (Nasalis larvatus) yang kondisinya memprihatinkan karena lumpuh sehingga tidak bisa banyak bergerak.

"Saat ditemukan warga, kedua kaki bekantan itu lumpuh dan dikerumuni semut api," kata Komandan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalteng Pos Jaga Sampit, Muriansyah di Sampit, Kamis, 5 Juli 2018, dilansir Antara.

Bekantan berjenis kelamin jantan itu diperkirakan dewasa tapi belum diketahui berusia usianya. Satwa liar dilindungi itu ditemukan di Kelurahan Tanah Mas, Kecamatan Baamang oleh warga bernama Abdurrahman.

Belum diketahui penyebab kerabat kera dengan ciri khas hidung panjang itu menjadi lumpuh. Namun, kelumpuhan itu bisa dipicu beberapa sebab seperti terjatuh atau dipukul.

"Bagian pinggang ke bawah tidak bisa bergerak, tapi tidak ditemukan luka bekas benda tajam. Besok setelah sampai di Pangkalan Bun, rencananya langsung diperiksakan ke Yayasan OFI," jelasnya.

Bekantan tersebut sempat dibawa pulang oleh Abdurrahman yang kemudian melaporkannya kepada aparatur desa dan BKSDA. Kamis pagi, bekantan itu diserahkan kepada BKSDA Pos Jaga Sampit.

Rencananya bekantan akan dibawa ke kantor BKSDA di Pangkalan Bun pada pagi ini, Jumat (6/7/2018) untuk diobservasi. Jika sudah sehat dan dinyatakan siap hidup di alam, bekantan akan dilepasliarkan di hutan.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa, dan hutan pantai di Pulau Borneo yakni meliputi Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunei Darussalam. Binatang ini dilindungi karena populasinya terus berkurang dan terancam punah.

Satwa ini dikenal memiliki sifat pemalu dan selalu menghindar jika bertemu manusia. Kini, populasi mereka terdesak akibat kerusakan hutan dan berkurangnya sumber makanan mereka.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya