Mengenal 3 Sosok Cantik Pelopor Perempuan Penerbang TNI AD

Ketiga calon perempuan penerbang ini merupakan alumni Akademi Milliter (Akmil) 2017 yang terpilih menjadi bagian keluarga besar Penerbad.

diperbarui 22 Jul 2018, 18:01 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2018, 18:01 WIB
Perempuan penerbang pertama TNI AD
Feny, Rani, Diba, tiga perwira Kowad yang akan menjadi perempuan penerbang pertama TNI AD difoto di sela latihan di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Jumat, 20 Juli 2018. (Sahrul Yunizar/Jawa Pos)

Semarang - Pusat Pendidikan Penerbang Angkatan Darat (Pusdik Penerbad) di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), bakal mencatat sejarah baru. Sejak didirikan pada akhir 1965, baru tahun ini mereka melatih prajurit wanita untuk menjadi perempuan penerbang atau pilot.

Meski hanya tiga prajurit, mereka akan menjadi pelopor penerbang dari Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Pada Jumat, 20 Juli 2018, wartawan Jawa Pos, Sahrul Yunizar, berkesempatan berbincang dengan ketiga calon perempuan penerbang tersebut.

Mereka adalah Letda Cpn (K) Feny Avisha, Letda Cpn (K) Tri Ramadhani, dan Letda Cpn (K) Puspita Ladiba. Ketiganya merupakan alumni Akademi Milliter (Akmil) 2017 yang terpilih menjadi bagian keluarga besar Penerbad.

Sebagai perwira yang mendapat kesempatan menjadi perempuan penerbang pertama di TNI AD, Puspita mengaku sangat bangga. Untuk itu, dia tidak melewatkan kesempatan tersebut.

Sebelum bergabung dengan Penerbad, dara yang akrab dipanggil Diba itu mengaku sempat berniat memilih kecabangan lain. Namun, niat itu batal seiring kesempatan yang dia peroleh untuk menjadi perempuan penerbang pertama di matra darat.

"Saat ada (kesempatan menjadi) pilot wanita pertama (TNI AD), saya berniat untuk jadi sejarah di angkatan darat," tuturnya.

Bersama Rani (panggilan Tri Ramadhani) dan Feny (sapaan Feny Avisha), Diba terpilih untuk digembleng di Pusdik Penerbad. Dari 16 taruni yang lulus Akmil tahun lalu, hanya mereka bertiga yang diberi kesempatan tersebut.

Sejak kali pertama belajar di markas Pusdik Penerbang di Semarang, Jawa Tengah (Jateng) sudah setengah tahun mereka berlajar terbang. "Rata-rata jam terbang kami 40 jam," ujar Rani.

Prajurit asal Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) itu menyampaikan bahwa dirinya juga sempat menemui beberapa kendala. Latihan terbang yang jauh berbeda dari simulasi adalah salah satunya.

Ketika memulai latihan terbang di Pangkalan Udara Utama TNI AD (Lanumad) Ahmad Yani, Rani kesulitan menerbangkan helikopter latih. "Saya sampai sepuluh jam (terbang) lebih belum bisa mengendalikan pesawatnya," kenang dia.

Bahkan, Rani mengaku sempat sulit mengedalikan helikopter latih lantaran gugup. "Pesawatnya jadi sulit dikendalikan, seperti ngamuk," imbuhnya.

Namun demikian, perlahan kesulitan tersebut berhasil dia atasi. Tekad sebagai prajurit yang menjadi pelopor wanita penerbang di TNI AD adalah salah satu pendorongnya. Oleh karena itu, meski tidak memiliki referensi dari wanita penerbang TNI AD, dia tetap semangat.

Sebab, ke depan Rani bersama Diba dan Feny yang akan menjadi rujukan perempuan penerbang TNI AD lainnya. "Kalau saya sendiri angkatan pertama tidak bisa, bagaimana dengan selanjutnya. Jadi, pola pikir saya, saya harus bisa," ucap dia.

Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Butuh Satu Setengah Tahun Latihan

Ilustrasi helikopter
Ilustrasi helikopter (iStock)

Di Pusdik Penerbad, kemampuan tiga perwira Kowad itu bakal terus diasah. Sampai bisa bertugas, butuh satu setengah tahun latihan. Itu belum termasuk latihan terusan yang juga harus dilalui.

Menjadi penerbang helikopter tempur, serbu atau angkut, Rani dan dua rekannya menyerahkan seluruh keputusan kepada instruktur yang melatih mereka.

"Seorang penerbang itu tidak bisa menentukan sendiri. Jadi, harus semua sesuai psikologi," imbuhnya.

Apabila salah memilih, potensi mengalami situasi berbahaya kian besar. Atas dasar itu, dia pun mengikuti arahan instruktur. "Itu yang terbaik,"ujarnya.

Sementara itu, Komandan Pusdik Penerbad Kolonel Cpn Catur Puji Santoso mengungkapkan, saat ini Diba, Feny, dan Rani masih pada tahap dasar latihan untuk menjadi penerbang TNI AD. "Menjalani pendidikan dasar," ujarnya.

Dia yakin ketiganya bisa melalui seluruh rangkaian latihan. Sebab, mereka tidak sembarangan dipilih. "Taruni lebih teliti, lebih detail, dan lebih sabar," tambahnya.

Catur pun menegaskan, mereka bertiga merupakan prajurit wanita pertama yang akan menjadi penerbang TNI AD. Mereka dipersiapkan untuk mengawaki berbagai jenis helikopter yang dimiliki oleh matra darat.

Ke depan, dia berharap besar semakin banyak prajurit wanita yang terpilih untuk dilatih menjadi penerbang. Dengan demikian, penerbang TNI AD tidak melulu prajurit pria.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya