Kebakaran di Bondo Maroto Sumba, Warga Satu Kampung Berduka

Kampung adat Bondo Maroto, salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, ludes terbakar.

oleh Amar Ola Keda diperbarui 12 Sep 2018, 17:01 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2018, 17:01 WIB
Kebakaran kampung adat
Kondisi Kampung adat Bondo Maroto di Kabupaten Sumba Barat Daya pasca terbakar (Liputan6.com/Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Kampung adat Bondo Maroto, salah satu destinasi wisata budaya di Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Selasa, 11 September 2018 dini hari, ludes terbakar.

Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Jelamu mengatakan kebakaran itu menghanguskan 16 rumah adat milik masyarakat adat.

Menurut pria yang akrab disapa Umbu itu, Desa Kalambe Kuni, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat itu merupakan salah satu kampung adat masyarakat setempat.

"Hanya satu rumah saja yang tidak terbakar dalam peristiwa itu," kata Marius kepada Liputan6.com, Selasa, 11 September 2018.

Ia mengatakan, api cepat merambat karena seluruh bangunan rumah adat beratap alang-alang. "Api dengan cepat merembet ke semua bangunan yang ada di kampung adat itu," katanya.

Belum diketahui penyebab terjadinya kebakaran 16 rumah di kampung adat Bondo Maroto yang merupakan salah satu situs budaya di daerah itu.

"Penyebabnya belum diketahui karena peristiwa kebakaran ini terjadi pada malam hari. Ada yang informasi yang menyatakan akibat lampu petromak namun belum bisa dipastikan," Marius menambahkan.

 

 

Pendataan Korban dan Kerugian

Kebakarani Kampung adat
Kondisi Kampung adat Bondo Maroto di Kabupaten Sumba Barat Daya pasca terbakar (Liputan6.com/Ola Keda)

Ia mengatakan, peritiwa kebakaran itu tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa, tetapi sekitar 28 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal.

Saat ini, BPBD setempat sedang melakukan pendataan terhadap korban bencana alam kebakaran kampung adat Bondo Maroto untuk mempermudah pendistribusian bantuan.

Ia mengatakan, petugas BPBD setempat masih berada di lokasi kebakaran untuk melakukan validasi data korban kebakaran karena satu rumah adat dihuni lebih dari satu keluarga.

"Memang ada 16 rumah adat yang terbakar namun biasanya dalam rumah adat dihuni lebih dari satu kepala keluarga," Marius menambahkan.

Dia menambahkan, BPBD juga melakukan pendataan terhadap siswa sekolah yang juga tertimpa musibah dalam peristiwa itu.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya