Jurus Meredam Rembetan Api Kebakaran Gunung Sindoro Sumbing

Kebakaran Gunung Sumbing 478,4 hektare dan Gunung Sindoro 385,6 hektare

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 14 Sep 2018, 09:01 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2018, 09:01 WIB
Ilustrasi – Kebakaran hutan pinus di Banyumas, Juli 2018 lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ilustrasi – Kebakaran hutan pinus di Banyumas, Juli 2018 lalu. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Semarang - Kawasan hutan Gunung Sindoro dan Sumbing terbakar sejak akhir pekan lalu. Hingga enam hari pasca-kebakaran, api masih terus meluas dan belum bisa dipadamkan.

Hingga Kamis sore, 13 September 2018, si jago merah telah melalap area seluas 864 hektare. Rinciannya, kebakaran Gunung Sumbing 478,4 hektare dan Gunung Sindoro 385,6 hektare.

Kebakaran Gunung Sindoro Sumbing terjadi di tiga wilayah administratif. Yakni, Kabupaten Wonosobo, Magelang dan Temanggung.

Angka ini diperkirakan masih akan bertambah menilik api yang hingga saat ini belum bisa dipadamkan dan terus meluas. Tiupan angin kencang menyebabkan api mudah merembet dengan cepat.

Hingga saat ini, petugas di lapangan masih berjibaku memadamkan api yang membakar empat vegetasi gunung sekaligus, yakni hutan produksi, area perkebunan masyarakat, semak belukar dan savana di area mendekati puncak.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah, Sarwa Permana menerangkan, petugas kesulitan memadamkan api lantaran titik api tersebar di area yang sangat luas. Medan terjal dan curam juga menghambat upaya pemadaman.

Sementara ini pemadaman api hanya bisa dilakukan dengan menyekat atau melokalisasi area terbakar supaya tak sampai mendekat ke permukiman penduduk. Itu pun tak bisa dilakukan di semua area kebakaran Gunung Sindoro Sumbing.

 

Helikopter untuk Padamkan Kebakaran Gunung Sindoro Sumbing

Helikopter BPNP di Kledung, Temanggung untuk mensurvei area kebakaran Gunung Sindoro dan Sumbing. (Liputan6.com/BPBD Jateng/Muhamad Ridlo)
Helikopter BPNP di Kledung, Temanggung untuk mensurvei area kebakaran Gunung Sindoro dan Sumbing. (Liputan6.com/BPBD Jateng/Muhamad Ridlo)

Beruntung, kawasan kebakaran Gunung Sindoro Sumbing kebanyakan adalah area mendekati puncak yang didominasi semak dan savana. Karenanya, meski kebakaran mendekati angka 900 hektare, kerugian yang dialami tak terlampau besar.

"Kerugian, kemarin dihitung perhutani hanya sekitar Rp 140 juta. Karena yang terbakar semak dan tidak ada pohon produktif," Sarwa mengungkapkan, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis petang.

Meski begitu, BPBD tetap mewaspadai kemungkinan beralihnya kebakaran Gunung Sindoro Sumbing ke hutan produktif yang berada di area berimpitan. Sebab itu, pada Kamis BPBD Jawa Tengah mendatangkan Helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BNPB).

Namun, helikopter ini tak langsung diterjunkan untuk memadamkan api. Helikopter yang kini berada di Kledung ini akan memantau dari udara, kondisi kebakaran hutan Gunung Sindoro Sumbing untuk menimbang pemadaman api dengan pesawat.

"Heli BNPB sudah di Kledung. Baru akan survei, medan bisa apa nggak untuk operasi," dia menerangkan.

Menurut dia, menerjunkan helikopter untuk memadamkan api mesti mempertimbangkan kondisi medan dan tingkat risikonya. Area pegunungan di Temanggung, Wonosobo dan Magelang adalalah salah satu daerah dengan risiko kecelakaan tinggi.

"Tiupan angin kencang dan medan terjal bergunung-gunung," ucapnya.

Namun, ia pun memastikan jika heli turunkan untuk memadamkan api, sejumlah sumber air telah siap digunakan. Air dalam jumlah banyak itu adalah embung-embung air yang tersebar di berbagai wilayah sekitar Gunung Sindoro Sumbing.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya