Firasat Sang Ayah Sebelum Insiden Drama Kolosal Surabaya Membara

Sumari tidak menyangka jika pertemuan dengan Bagus Jumat sore (9/11/2018), adalah pertemuan yang terakhir kalinya. Bagus merupakan korban meninggal dunia yang terjatuh dari viaduk ketinggian 5 meter dalam insiden Surabaya Membara.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 11 Nov 2018, 13:02 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2018, 13:02 WIB
Korban insiden Surabaya Membara dimakamkan
Korban insiden Surabaya Membara dimakamkan (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jember - Derai Air mata keluarga korban insiden Surabaya Membara menyambut kedatangan Bagus Ananda (17) di Dusun Pondokrampal, Desa Pondokjoyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu pagi (10/11/2018).

Bagus menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam insiden viaduk acara Surabaya Membara, Jumat (9/11/2018). Jenazah Bagus diberangkatkan dari RS dr Soetomo pukul 05.00 WIB. Dan tiba di rumah neneknya, Sumiyati, sekitar pukul 09.00 WIB. Dia kemudian dimakamkan di TPU Dusun Pondokrampal, Desa Pondokjoyo Kecamatan Semboro pukul 10.00 WIB.

"Bagus dimakamkan di Jember, karena kami berasal dari Jember. Saya bekerja di Surabaya, anak saya juga sekolah di Surabaya," kata Sumari, ayah Bagus Ananda, usai pemakaman, Sabtu 10 November 2018.

Sumari (57) menuturkan, bahwa dia dan keluarganya tinggal di Surabaya, mengontrak rumah di Jalan Ikan Gurami 6/27 Surabaya. Sedangkan anaknya merupakan pelajar kelas 10 SMKN 7 Surabaya.

Sumari tidak menyangka jika pertemuan dengan Bagus Jumat sore (9/11/2018), adalah pertemuan yang terakhir kalinya. Bagus terjatuh dari viaduk ketinggian 5 meter dalam insiden Surabaya Membara.

Korban saat itu, bergelayutan di bibir viaduk saat kereta api melintas. Rupanya korban baru kali pertama melihat drama kolosal Surabaya Membara untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November itu. Sumardi sempat melarang anak bungsunya ini, keluar rumah. Dia berpamitan mau lihat acara di Jalan Pahlawan Surabaya.

"Dia pamit mau lihat band gitu. Tapi saya larang karena pasti ramai banyak orang. Namun dia bilang, hanya sebentar," kata Sumari menirukan anaknya.

Apalagi korban belum sembuh betul, karena sebelumnya dia jatuh dari sepeda motornya hingga terluka. Sedang lukanya masih belum sembuh. Sumari menceritakan bahwa dia mendengar setiap tahun ada acara serupa di Jalan Pahlawan itu.

Namun ia tidak pernah menonton, demikian pula dengan anak bungsunya, dari lima bersaudara itu. Sekitar pukul 18.30 WIB, teman Bagus menjemput di rumah kontrakan mereka di Jalan Gurami 6/27 Surabaya. Meskipun sempat dicegah, namun akhirnya dengan terpaksa Sumari membiarkan sang anak pergi menonton drama Surabaya Membara.

Kabar Duka

Korban insiden Surabaya Membara dimakamkan
Korban insiden Surabaya Membara dimakamkan (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Beberapa saat kemudian, barulah Sumari mendapatkan kabar musibah Bagus dari temannya.

"Bagus digledek sepur (Tersambar kereta api)," ujar Sumari menirukan teman bagus.

Karena itu, lelaki yang bekerja sebagai mandor kuli di Pelabuhan Tanjung Perak itu juga menghubungi teman-temannya untuk meminta tolong mencari keberadaan sang anak. Beberapa jam kemudian, baru diketahui berada di rumah sakit milik Pemkot Surabaya, RSUD dr Soewandhi Surabaya.

Selanjutnya, jenazah Bagus dibawa ke RSUD dr Soetomo untuk dibersihkan. Sekitar pukul 05.00 Wib, jenazahnya dipulangkan ke Jember.

Sumari juga menceritakan almarhum Bagus merupakan anak yang paling disayang. Bagus telah berpindah-pindah sekolah demi menemani ayahnya bekerja.

Mereka tinggal di Jalan Gurami 6 No. 27 Surabaya Utara sejak 4 tahun lalu. Sumari juga mengungkapkan firasat 5 hari sebelum kejadian, bermimpi buruk. Namun tidak menyangka firasat itu, menimpa anak kesayangannya.

"Saya bermimpi celana dalam saya dicuri orang, orang itu lalu lari, ketika saya teriaki maling, orang itu malah meringis (Tersenyum meremehkan), itu firasat saya tidak enak," kenang Sumari.

Sementara Kapolsek Semboro, Iptu Fathur Rahman menjelaskan, prosesi pemakaman korban berjalan lancar. Pihak keluarga dan tetangga dekat di Desa Pondokjoyo, turut hadir dalam pemakaman tersebut.

"Dia ikut orang tuanya merantau ke Surabaya. Ayah bagus, Sumari bekerja di pelabuhan sedangkan ibunya, Suin, berjualan," kata Fathur.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya